Selasa, 18 Desember 2012

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN



BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

       Anda tentu telah mengenal beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Setiap jenis media pasti punya kelebihan dan kelemahan. Pemahanan masing-masing karakteristik media , akan membantu Anda dalam pemilihan jenis media yang paling tepat untuk kegiatan pembelajaran. Sebelum kita gunakan, media harus kita pilih secara cermat. Memilih media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah. Pemilihan itu rumit dan sulit, karena harus mempertimbangkan berbagai faktor.
Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: 1) Memberikan perangsang yang sama. 2) Mempersamakan pengalaman. 3) Menimbulkan persepsi yang sama. Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan, permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas.Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula. Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: 1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran. 2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya. 3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software). 4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya.

B.   Rumusan Masalah

• Mengapa kita perlu tekhnik memilih media pembelajaran ?

• Apa saja pendektan/ model dalam proses pemilihan media pembelajaran?

• Bagaimana kriteria pemilihan media pembelajaran?

• Apa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran ?

• Bagaimana prosedur pemilihan media pembelajaran ?





















BAB II

PEMBAHASAN

A.   Tekhnik Pemilihan Media pembelajaran

Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Ujung akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih
            Apabila kita telah menentukan alternatif media yang akan kita gunakan dalam pembelajaran, maka pertanyaan berikutnya sudah tersediakah media tersebut di sekolah atau di pasaran ? Jika tersedia, maka kita tinggal meminjam atau membelinya saja. Itupun jika media yang ada memang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah kita rencanakan, dan terjangkau harganya. Jika media yang kita butuhkan ternyata belum tersedia, mau tak mau kita harus membuat sendiri program media sesuai keperluan tersebut.
Jadi, pemilihan media itu perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan media yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

B. Pendekatan/ model pemilihan media pembelajaran

Anderson (1976) mengemukakan adanya dua pendekatan/ model dalam proses pemilihan media pembelajan, yaitu: model pemilihan tertutup dan model pemilihan terbuka.
Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media telah ditentukan “dari atas” (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalau toh kita memilih, maka yang kita lakukan lebih banyak ke arah pemilihan topik/ pokok bahasan mana yang cocok untuk dimediakan pada jenis media tertentu. Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi demikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan bukan media lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topik-topik apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio. Untuk model pemilihan terbuka, lebih rumit lagi
Model pemilihan terbuka merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup. Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan kebutuhan kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka lebih luwes sifatnya karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Namun proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan dan keterampilan guru untuk melakukan proses pemilihan. Seorang guru kadang bisa melakukan pemilihan media dengan mengkombinasikan antara pemilihan terbuka dengan pemilihan tertutup.

C.   Kriteria Pemilihan Media pembelajaran
Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan di kemudian hari. Banyak pertanyaan yang harus kita jawab sebelum kita menentukan pilihan media tertentu. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan sebagai berikut.
1)    Tujuan
Apa tujuan pembelajaran (TPU dan TPK ) atau kompetensi yang ingin dicapai? Apakah tujuan itu masuk kawasan kognitif, afektif , psikhomotor atau kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu, apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan seterusnya.
2)    Sasaran didik
Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, apakah ada yang berkelainan, bagaimana motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya. Apabila kita mengabaikan kriteria ini, maka media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan banyak gunanya. Mengapa? Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan mengambil manfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai benar dengan kondisi mereka.

3) Karateristik media yang bersangkutan
Bagaimana karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya, sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai? Kita tidak akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasarnya adalah kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu, pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.
4)    Waktu
Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu yang tersedia / yang kita memiliki, cukupkah ? Pertanyaan lain adalah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran ? Tak ada gunanya kita memilih media yang baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai pula terjadi, media yang telah kita buat dengan menyita banyak waktu, tetapi pada saat digunakan dalam pembelajran ternyata kita kekurangan waktu.
5) Biaya
Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media. Bukankah penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media, jika akibatnya justru pemborosan. Oleh sebab itu, faktor biaya menjadi kriteria yang harus kita pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli atau meyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan beaya tersebut/ apakah besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai? Tidak mungkinkan tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu, adakah alternatif media lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan belajar? Media yang mahal, belum tentu lebih efektif untuk mencapai tujuan belajar, dibanding media sederhana yang murah.
6) Ketersediaan
Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita. Adakah media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran ? Kalau kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu tenaga dan sarana untuk membuatnya? Kalau semua itu ada, petanyaan berikutnya tersediakah sarana yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? Misalnya, untuk menjelaskan tentang proses tejadinya gerhana matahari memang akan lebih efektif jika disajikan melalui media video. Namun karena di sekolah tidak ada aliran listrik atau tidak punya video player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari.
7) Konteks penggunaan
Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana media tersebut akan digunakan. Misalnya: apakah untuk belajar individual, kelompok kecil, kelompok besar atau masal ? Dalam hal ini kita perlu merencanakan strategi pembelajaran secara keseluruhan yang akan kita gunakan dalam proses pembelajaran, sehingga tergambar kapan dan bagaimana konteks penggunaaan media tersebut dalam pembelajaran.

         Mutu Teknis Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media siap pakai yang telah ada, misalnya program audio, video, garafis atau media cetak lain. Bagaimana mutu teknis media tersebut, apakah visualnya jelas, menarik dan cocok ? Apakah suaranya jelas dan enak didengar ? Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk menggunakan media saja, lantas media yang kurang bermutu kita paksakan penggunaannya. Perlu diinggat bahwa jika program media itu hanya menjajikan sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukan oleh guru dengan lebih baik, maka media itu tidak perlu lagi kita gunakan.

D.Prinsip-prinsip Pemilihan Media Pembelajaran

Pemilihan media merupakan keputusan yang menarik dan menentukan terhadap ketepatan jenis media yang akan digunakan, yang selanjutnya sangat mempengaruhi efektvitas dan efisiensi proses pembelajaran. Dalam menentukan ketepatan media yang akan dipersiapkan dan digunakan melakui proses pengam-bilan keputusan adalah berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki oleh media termasuk kelebihan dari karakteristik media yang bersangkutan dihubungkan dengan berbagai komponen pembelajaran. Belum tentu jenis media yang mahal, yang lebih modern, yang lebih serba maju akan mendukung terciptanya pembela-jaran yang efektv dan efisien . Sebaliknya jenis media sederhana, harganya murah, mudah dibuat atau mudah didapat mungkin lebih efektif dan efisien diban¬ding yang lebih modern tersebut Begitu juga posisi media dalam pola pembelajaran yang akan dilaksanakan sangat mempengaruhi keteptan jenis media yang akan digunakaN

Sebelum melakukan proses pemilihan media ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan.
Adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media tersebut
Tujuan pemilihan media harus dihubungkan dengan tujuan dari penggu-naan media. Tujuan penggunaan media dapat bermacam-macam, seperti sekedar pengisi waktu, untuk hiburan, untuk informasi umum, untuk pembelajaran. Jika tujuan pemilihannya selain bukan pembelajaran, sebetulnya bukan tugas utama teknolog pendidikan. Tetapi kita harus mampu untuk melaksanakannya. Jika tujuan pemilihannya untuk pembelajaran harus dilihat peranannya apakah sebagai alat bantu, sebagai pendamping guru, atau sebagai media untuk pembelajaran individual atau kombinasi dari semuanya itu.

Di samping itu jika tujuannya untuk media pembelajaran apakah untuk mencapai tujuan kognitif, afektif atau psikomotor termasuk yang harus diper-
hatikan masing-masing dari aspek tujuan tersebut.
Yang harus diperhatikan dalam mempertimbangkan sebagai media pembelajaran apakah untuk sasaran individu, kelompok, atau klasikal, atau untuk sasaran tertentu, misalnya anak balita, orang dewasa, masyarakat petani, orang buta, orang tuli, dan sebagainya
Adanya familiaritas media

Istilah familiaritas berasal dari famili atau keluarga artinya mengenal utuh tentang media yang akan dipilih. Setiap jenis media mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Jika dihubungkan karakteristik setiap media tersebut terhadap komponen pembelajaran akan mempunyai konseku¬ensi yang berbeda. Misalnya dihubungkan dengan tujuan pembelajaran media tertentu secara efektif dan efisien dapat mencapai tujuan kognitif tetapi media tertentu yang lain tidak bisa secara efektif. Begitu juga untuk tujuan afektif dan psikomotor ada beberapa media yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut secara efisien dan efeklif ada juga yang tidak. Jika dihubungkan de¬ngan sasaran belajar, ada yang bisa secara efisien dan efektif untuk individu, kelompok, klasikal tetapi ada juga yang tidak. Jika dihubungkan dengan isi pe¬san yang dipelajari, ada media yang dapat digunakan untuk menyajikan pesan yang bersifat faktual, konsep, prinsip, prosedur, atau sikap, tetapi ada juga yang tidak
Oleh karena itu sebagai teknolog pendidikan harus mengenal betul sifat dan karakteristik dari masing-masing media tersebut agar media yang akan dipilih betul-betul tepat sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran.

Ada sejumlah media pembelajaran yang dapat dipilih atau diperbandingkan

Sekalipun telah dikenal betul tentang sifat dan karakteristik dari berbagai macam media, tidak akan ada gunanya jika tidak tersedia sejumlah media yang akan dipilih. Karena pada hakekatnya pemilihan adalah proses pengambilan keputusan untuk menetapkan media yang paling cocok dipakai untuk kegiatan pembelajaran, berarti harus terdapat sejumlah media yang diperbandingkan. Begitu juga jika jenis media yang diperbandingkan terbatas maka jenis media yang ditetapkan untuk digunakan juga terbatas apa adanya.
Ada sejumlah kriteria atau norma yang dipakai dalam proses pemilihan

Prinsip ini merupakan hal yang terpenting dalam proses pemilihan karena akan dipakai dan digunakan serta menentukan jenis media yang ditentukan. Sejumlah kriteria atau norma yang dikembangkan harus disesuaikan dengan keterbatasan kondisi setempat mulai dari tujuan yang ingin dicapai, fasilitas, tenaga maupun dana, dampak kemudahan yang diperolehnya serta efisiensi dan efektivitasnya. Penyesuaian dengan keterbatasan kondisi setempat bukan menghilangkan idealisasi norma, tetapi dimaksudkan apakah memungkinkan untuk dilaksanakan atau tidak. Karena itu jumlah dan kedetailan norma atau kriteria yang dikembangkan untuk lembaga satu dengan lembaga yang lain bisa berbeda.
Selain itu sebelum mengembangkan kriteria dan melaksanakan pemilihan media harus diketahui jenis media yang akan dipilih apakah termasuk media by design ataukah by utilization. Karena konsekuensi dan jenis media tersebut berdampak pada penentuan kriteria atau norma yang dipakai. Media by utilization yang dimaksud adalah media yang telah tersedia secara umum dan banyak di lapangan atau di pasaran, tinggal menyesuaikan untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan media by design ada¬lah media yang sengaja dirancang dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Karena itu proses dan kriteria pemilihan yang dipakai tentunya berbeda

D.   Prosedur pemilihan Media pembelajaran

Untuk jenis media rancangan (by design), beberapa macam cara telah dikembangkan untuk memilih media. Dalam proses pemilihan ini, Anderson (1976) mengemukakan prosedur pemilihan media menggunakan pendekatan flowchart (diagram alur). Dalam proses tersebut ia mengemukan beberapa langkah dalam pemilihan dan penentuan jenis penentuan media, yaitu :
 Menentukan apakah pesan yang akan kita sampaikan melalui media termasuk pesan pembelajaran atau hanya sekedar informasi umum / hiburan. Jika hanya sekedar informasi umum akan diabaikan karena prosedur yang dikembangkan khusus untuk pemilihan media yang bersifat / untuk keperluan pembelajaran

 Menentukan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran atau hanya sekedar alat bantu mengajar bagi guru (alat peraga). Jika sekedar alat peraga, proses juga dihentikan ( diabaikan).
 Menentukan apakah tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif, afektif atau psikomotor.
Menentukan jenis media yang sesuai untuk jenis tujuan yang akan dicapai, dengan mempertimbangkan kriteria lain seperti kebijakan, fasilitas yang tersedia, kemampuan produksi dan beaya.
 Mereviewkembali jenis media yang telah dipilih, apakah sudah tepat atau masih terdapat kelemahan, atau masih ada alternatif jenis media lain yang lebih tepat.
 Merencanakan, mengembangkan dan memproduksi media.

Pendekatan lain yang dapat digunakan dalam memilih media adalah pendekatan secara matrik. Salah satu dari pendekatan ini adalah yang dikemukakan oleh Alen. Matrik ini memberikan petunjuk yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih media yang sesuai dengan jenis tujuan pembelajaran tertentu. Ia menggambarkan tinggi rendahnya kemampuan setiap jenis media bagi pencapaian berbagai tujuan belajar sebagai berikut :

Matrik kemampuan setiap jenis media dalam mempengaruhi berbagai jenis belajar
Untuk menggunakan matrik di atas, terlebih dahulu kita mempelajari jenis belajar mana yang akan dipelajari / harus dikuasai siswa, apakah informasi faktual, konsep, keterampilan dan seterusnya. Setelah itu, kita bisa memilih jenis media yang sesuai dengan jenis belajar tersebut. Caranya dengan melihat dalam kolom yang yang berlabel “tinggi “ yang tertera di bawah kolom jenis belajar. Selanjutnya kita lihat secara horizontal ke kolom paling kiri untuk memperoleh petunjuk jenis media mana yang sebaiknya kita pilih. Jika media tersebut ternyata tidak tersedia, atau tidak mungkin disediakan kareana mahal, tidak praktis, atau tidak sesuai dengan kondisi siswa, dengan cara yang samamaka pilihan kita beralih pada jenis media yang berlabel “ “sedang”. Ini berati kita telah memilih jenis media “terbaik kedua”, bukan yang terbaik
.
Sekali lagi, pertimbangan utama dalam memilih media adalah keseuaian media tersebut dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Jika terdapat beberapa jenis media yang sama sama baik dan sesuai, maka prioritas kita adalah memilih jenis media yang murah, lebih praktis dan yang telah tersedia di sekitar ki













BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.    Tekhnik pemilihan media pembelajaran itu perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan media yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
2.    Kesimpulan Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media. Media mempunyai manfaat dan fungsi sebagai sarana bagi guru untuk dapat menyampaikan materi pelajaran menjadi lebih menarik, tidak hanya monoton, siswa tidak hanya diajak untuk berhayal dan membayangkan saja tetapi siswa dapat melihat kenyataan walaupun hanya melalui gambar ataupun video. A. Saran Sebaiknya bagi seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan dan motivasi belajar menjadi lebih meningkat
3.    pertimbangan utama dalam memilih media adalah keseuaian media tersebut dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Jika terdapat beberapa jenis media yang sama sama baik dan sesuai, maka prioritas kita adalah memilih jenis media yang murah, lebih praktis dan yang telah tersedia di sekitar kita.

B.   Saran

kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca yang budiman agar penyusunan makalah selanjutnya lebih baik lagi



DAFTAR PUSTAKA

Rahadi, Aristo. 2008. Bagaimana Memilih Media Pembelajaran : Aristo Rahadi Blog,
 (online), (http://aristorahadi.wordpress.com/, diakses 02 Juni 2008)

Choirullah. 2009. Penerapan Pemilihan Media Pembelajaran. Novel Afnan Blogspot,

pembelajaran.html, diakses 31 Mei 2009).

Wijaya, Cece.dkk.1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan. Bandung Remadja Karya.

Sulaiman, Dadang. 1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran. Jakarta P2LPTK Ditjen Dikti

Sastrawijaya, Tresna.1988. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: P2LPTK . Depdikbud

Selasa, 11 Desember 2012

ASKEP KMB




BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

              Mycobacterium leprae merupakan parasit obligat intraseluler yang terutama terdapat pada sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwan di jaringan saraf. BilaMycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh, akan menimbulkan reaksi Hipersensitifitas tipe IV oleh sel TH1­, sel pembunuh dan  makrofag. Antigen difagositosis oleh makrofag, diolah, dan dipresentasikan pada sel TH. Sensitisasi ini berlangsung lebih dari 5 hari. Pada kontak kedua, sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel TH1. Sel ini akan merangsang pembentukan monosit di sumsum tulang melalui IL-3 dan faktor yang merangsang koloni makrofag-granulosit (GM-CSF) sehingga menarik monosit dan makrofag melalui kemokin, seperti MCPs (monocyte chemoattractant proteins) dan MIPs (monocyte inflammatory proteins), dan mengaktifkannya melalui interfeuron γ (IFN-γ). MCPs dan MIPs bersama dengan TNF-β meyebabkan reaksi peradangan yang hebat.
            Makrofag dalam jaringan berasal dari monosit dalam darah yang mempunyai nama khusus, antara lain sel Kupffer dari hati, sel aveolar dari paru, sel glia dari otak, dan dari kulit disebut histiosit. Dengan adanya proses imunologik, histiosit datang ke tempat kuman. Kalau datangnya berlebihan dan tidak ada lagi yang harus difagosit, makrofag akan berubah bentuk menjadi sel epiteloid yang tidak dapat bergerak dan kemudian akan berubah menjadi sel datia Langhans. Adanya massa epiteloid yang berlebihan dikelilingi limfosit disebut tuberkel akan menjadi penyebab utama kerusakan jaringan dan cacat. Pada penderita dengan Sistem Imun Seluler (SIS) rendah atau lumpuh, histiosit tidak dapat menghancurkan M. Lepra yang sudah ada didalamnya, bahkan ijdikan tempt berkembang iak dan disebut sel Virchow atausel lepra atau sel busa dan sebagai alat pengangkut penyebarluasan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   PENGERTIAN

                   Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit kusta atau lepra adalah sebuah  penyakit infeksi kronis  yang sebelumnya,diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae hingga di temukan baktery  Mycobacterium lepromatosis olehUniversitas Texas pada tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutandiffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen.
                   Morbus Hansen juga adalah penyakit infeksi yang kronis, disebabkan oleh Mikrobakterium leprae yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer, kulit, mukosa traktus respiratorik bagian Atas kemudian menyerang organ-organ kecuali susunan syaraf pusat.
penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya



B.   ETIOLOGI

                   Kuman penyebabnya Adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G. A. Hansen pada tahun 1874 di Norwegia. M. leprae berbetuk basil dengan ukuran 3-8 Um x 0,5 Um, tahan asam dan alcohol serta Gram positif. Di luar tubuh dapat hidup selama 2-9 hari. Masa pembelahan time rata-rata 20 hari. atau generationgram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi olehmembran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium. M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.
                    Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan. Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo


C.   PATOFISIOLOGI
                   Walaupun  penyebab penyakit ini sudah diketahui pada  tahun      1873  (lebih dari 100 tahun lalu), namun cara  penularannya masih belum         diketahui  secara pasti. Teori yang paling banyak dianut  adalah penularan      melalui kontak/sentuhan yang berlangsung  lama;  namun  berbagai         penelitian  mutakhir mengarah pada   droplet  infection  yaitu penularan        melalui selaput lendir pada saluran napas.  Mycobacterium  leprae tidak          dapat bergerak sendiri (karena  tidak mempunyai  alat  gerak) dan tidak           menghasilkan racun  yang  dapat  merusak  kulit,  sedangkan ukuran                fisiknya lebih  besar  daripada  pori-pori  kulit.  Oleh  karena itu,       Mycobacterium  leprae  yang   karena  sesuatu  hal dapat menempel pada          kulit kita, tidak  akan dapat menembus kulit kalau tidak ada luka pada       kulit kita.Seandainya Mycobacterium leprae tersebut dapat  menembus kulit,   maka  sel-sel  darah  putih yang  merupakan  bagian  dari  sistim             pertahanan tubuh akan segera memakannya.
                   Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa          hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan      dari udara. Selain manusia, hewan yang dapat tekena kusta        adalah armadilosimpanse, dan monyet pemakan kepiting Terdapat bukti           bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M.           leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut berperan,     setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta    di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu.faktor ketidakcukupan gizi juga         diduga merupakan faktor penyebab. Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan           orang yang sehat. Dalam penelitian terhadap insidensi, tingkat infeksi     untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per 1000 per tahun        di Cebu, Philipina hingga 55,8 per 1000 per tahun di IndiaSelatan         Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah       kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa           menunjukkan adnaya sejumlah organisme di dermis kulit.

D.   MANIFESTASI KLINIS

ü Kelainan pada saraf tepi 
              Kelainan yang terjadi dapat berupa penebalan yang nyeri tekan akibat proseskeradangan atau reaksi fibrosis. 
Terjadinya terutama pada saraf tepi yang dalam perjalanannya mendekati permukaan kulit al.: nulnaris mgnus, n. Perouneus lateralis dan n. Medianus
ü Kelainan pada kulit 
              Kelainan yang terjadi dapat berupa bercak mati rasa atau makula anastetika, nodula, ulkus, ichtiosis, penebalan cuping telinga serta facies leonina. 
ü  Kelainan pada rambut 
              Kerontokan rambut yang terjadi biasanya terbatas pada mukula atau pada alis mata (madarosis) 
ü  Kelainan pada otot 
              Kelainan dapat berupa disuse atrophy dari otot-otot yang dienervasi oleh saraf tepi yang rusak al: atrofi tenar, hipotenar, M.interosei, M.lumbricalis. 
Kelumpuhan otot-otot diikuti kekakuan sendi sehingga terjadi claw hand, drop foot dan drop hand. 
ü  Kelainan pada tulang 
              Dapat berupa osteomyelitis sehingga terjadi mutilasi.
Dapat terjadi res orbsi pada tulang terutama pada jari-jari sehingga memendek dan ujungnya bengkok disebut sebagai telescopic finger.
ü  Kelainan pada mata. 
Kelainan pada mata sering diakibatkan oleh kelumpuhan dari m. orbiculris oculi sehingga terjadi lagopthalmus atau mata tidak dapat dipejamkan sehingga mata menjadi kering dengan akibat terjadi keratitis yang dapat berlanjut menjadi ulkus kronea, iritis, iridosi klitis dan berakhir kebutaan. 
ü  Kelainan pada testis 
              Dapat terjadi orkitis atau keradangan pada testis dan berakhir menjaadi atrofi. Atrofi testis ini yang mengakibatkan ginekomasti. 

E.   PENYEBAB

          Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta.Sebuah bakteri yang tahan asam M.leprae juga merupakan bakteri aerobikgram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium.M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium

F.    PENULARAN
ü Tapi diduga menular melalui salura pernapasan (droplet infection)
ü Pendapat lain mengatakan bhw penularannya melalui kontak langsung, erat dan berlangsung lama
ü Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit morbus hansen adalah Umur, Jenis kelamin, Ras,Genetik, Iklim, Lingkungan/sosio ekonomi, Kekekbalan –> (± 93 – 95 % kekebalan pada penyakit lepra)


G.  TANDA DAN GELALA

    1. lesi kulit yang anestesi
    2. Penebalan saraf perifer
    3. Ditemukan mycobacterium leprae.
                             Gejala pada tiap orang akan berbeda, karena tergantung                           daribeberap hal, misalnya :
                   -  multiplikasi kuman
                   -  respon imun penderita terhadap  M.Leprae
                   -  komplikasi yang disebabkan oleh  kerusakan  saraf perifer

H.  PENCEGAHAN
              Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk,          tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis dan sosial. Tidak        perlu dilakukan isolasi.Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk   lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada    orang lain. selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan   terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka    waktu yang lama yang memiliki resiko tertular.

I.      PENATALASANAAN 

          Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.
              Rifampin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada     dapson. Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan      gejala-gejala yang menyerupai flu.
          Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin. Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.


J.     DIAGNOSA

A.    Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan          proses  inflamasi
B.      Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses    inflamasi jaringan 
C.      Intoleransi aktivitas yang berhubungan     dengan kelemahan fisik
D.     Gangguan konsep diri (citra diri) yang       berhubungan dengan ketidakmampuan dan    kehilangan fungsi tubuh 

K.  RENCANA KEPERAWATAN DAN  INTERVENSI

A.  
Diagnosa I :
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi
a.     Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur-angsur sembuh.
b.     Kriteria hasil :
·        Menunjukkan regenerasi jaringan 
·        Mencapai penyembuhan tepat waktu pada lesi
c.      Intervensi:
1. Kaji / catat warna lesi,perhatikan jika ada jaringan nekrotik    dan kondisi sekitar luka 
      Rasional: Memberikan inflamasi dasar tentang terjadi proses          inflamasi dan atau mengenai sirkulasi daerah yang terdapat     lesi.
2. Berikan perawatan khusus pada daerah yang terjadi inflamasi
      Rasional: menurunkan terjadinya penyebaran inflamasi pada          jaringan sekitar.
3. Evaluasi warna lesi dan jaringan yang terjadi inflamasi perhatikan adakah penyebaran pada jaringan sekitar
      Rasional : Mengevaluasi perkembangan lesi dan inflamasi     dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
4. Bersihan lesi dengan sabun pada waktu direndam
      Rasional: Kulit yang terjadi lesi perlu perawatan khusus       untuk mempertahankan kebersihan lesi
5. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari tekanan
      Rasional: Tekanan pada lesi bisa maenghambat proses          penyembuhan

B.  Diagnosa 2 :
       Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi jaringan
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan proses         inflamasi berhenti dan berangsur-angsur hilang
b.
 Kriteria hasil :
      setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi      dapat berkurang dan nyeri berkurang dan beraangsur-angsur       hilang
c. Intervensi:
      1. Observasi lokasi, intensitas dan penjalaran nyeri 
                Rasional: Memberikan informasi untuk membantu                       dalam memberikan intervensi.
      2. Observasi tanda-tanda vital
                Rasional: Untuk mengetahui perkembangan atau                         keadaan pasien
      3. Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi dan                     relaksasi
                Rasional: Dapat mengurangi rasa nyeri.
      4. Atur posisi senyaman mungkin
                Rasional: Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa                nyeri
      5. kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
                Rasional: menghilangkan rasa nyerI


C. Diagnosa 3 :
       Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
a.  Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelemahan fisik dapat teratasi dan aktivitas dapat dilakukan
b. kriteria hasil
·        Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
·         Kekuatan otot penuh
c.      Intervensi:
1. Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
           Rasional: meningkatkan posisi fungsional pada            ekstremitas
2. Perhatikan sirkulasi, gerakan, kepekaan pada kulit
           Rasional: oedema dapat mempengaruhi sirkulasi pada           ekstremitas
3. Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali       dengan pasif kemudian aktif
           Rasional: mencegah secara progresif mengencangkan             jaringan, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/                        sendi

4. Jadwalkan pengobatan dan aktifitas perawatan untuk         memberikan periode istirahat
           Rasional: meningkatkan kekuatan dan toleransi pasien          terhadap aktifitas
5. Dorong dukungan dan bantuan keluaraga/ orang yang                  terdekat pada latihan
           Rasional: menampilkan keluarga / oarng terdekat                   untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan            terapi lebih konstan

D. Dianosa 4 :
            Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh 
a. Tujuan:
           setelah dilakukan tindakan keperawatan tubuh dapat   berfungsi secara optimal dan konsep diri meningkat
b. kriteria hasil
·        Pasien menyatakan penerimaan situasi diri
·        Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negative
c.                    Intervensi :
           1. Kaji makna perubahan pada pasien
                    Rasional: episode traumatik mengakibatkan                           perubahan tiba-tiba. Ini memerlukan dukungan                      dalam perbaikan optimal
           2. Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan                dan kemarahan. Perhatikan perilaku menarik diri.
                    Rasional: penerimaan perasaan sebagai respon             normal terhadap apa yang terjadi membantu                          perbaikan
           3. Berikan harapan dalam parameter situasi individu,               jangan memberikan kenyakinan yang salah
                    Rasional: Meningkatkan perilaku positif dan                memberikan kesempatan untuk menyusun                                       tujuan dan rencana untuk masa depan                                                berdasarkan realitas

          4. Berikan penguatan positif
                    Rasional: kata-kata penguatan dapat                                      mendukung terjadinya perilaku koping positif
          5. Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat
                    Rasional: meningkatkan ventilasi perasaan dan            memungkinkan respon yang lebih membantu                         pasien.

 


                            
                             DAFTAR PUSTAKA