Makassar 11,November 20012
Firmansyah (putra tolonggeru)
Memahami konsep dasar ilmu sosiologi
pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan
generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi
memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang
nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan
kemudian diamalkan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun
tidak secara mayoritasmasyarakat Indonesia adalah islam akan terapi sebuah
nilai.
Pendidikan islam bisa
dianggap berhasil ketika peserta didik mempunyai kemampuan dan potensi untuk
dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Di sinilah
letak hubungan fungsionalitas dan korelasi antar pendidikan islam dengan
sosiologi, karena sosiologi membahas tentang interaksi sosial di masyarakat.
Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan
struktur nilai yang disimbolkan dengan angaka, melainkan lebih ditentukan oleh
kehidupan interaksi social sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar
masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan
nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu sosiologi mempunyai
kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan
agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat
penting untuk kita sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi
objek kajian sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita
juga sebagai manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam?
- Apa sebab munculnya sosiologi pendidikan islam?
- Apa tujuan sosiologi pendidikan islam?
- Seperti apa contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam?
- C. Tujuan
- Mengetahui pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam
- Mengetahui sebab munculnya sosiologi pendidikan islam
- Mengetahui tujuan sosiologi pendidikan islam
- Mengetahui contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian
ruang lingkup
dan manfaat sosiologi pendidikan islam
Sosiologi Pendidikan Islam terdiri
dari tiga kata, yaitu Sosiologi yang diartikan sebagai “Ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnya perubahan-perubahan
sosial”, Pendidikan yang diartikan sebagai “proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ”, dan Islam, yaitu
“bersifat keislaman”
Menurut Prof. DR. S. Nasution, M.A.,
Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara
mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar
lebih baik. Sedangkan menurut F.G. Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan
ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.
Dari pengertian-pengertian di atas,
dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan Islamadalah ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur
bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan
kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan
serta mengorganisasikan pengalamannya.
·
Ruang
lingkup sosiologi pendidikan islam ada tujuh:
ü
Kehidupan
beragama, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma islam
ü
Kehidupan
keluarga, agar perkembangan menjadi keluarga sejahtera
ü
Kehidupan
sosial, agar dapat berkembang menjadi sistem bebas dari penghisapan manusia
lain
ü
Kehidupan
politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan
islam
ü
Budaya,
agar menjadi manusia penuh keindahan dan kegairahan dengan nilai norma
ü
Ekonomi,
terbina masyarakat yang adil dna makmur dengna ridha Allah SWT
ü
Pengetahuan,
bertujuan agar berkembang menjadi alat untuk menapai kesejahteraan umat manusia
yang dikendalikan oleh iman
·
manfaat
sosiologi pendidikan islam
a. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
proses sosialisasi
Dalam
hal ini sosiologi pendidikan Islam mengutamakan proses
bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan
individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan
pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperoleh pengalamannya.
bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan
individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan
pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperoleh pengalamannya.
b. Sosilogi pendidikan Islam sebagai
analisis kedudukan pendidikan dalam
masyarakat.
Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan
Islam diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat
yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat
menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka
manusia tidak sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam
tidak bisa terwujud.
masyarakat.
Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan
Islam diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat
yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat
menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka
manusia tidak sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam
tidak bisa terwujud.
c. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
anilisis social di sekolah dan antara
sekolah dan masyarakat.
sekolah dan masyarakat.
d. Diharapka terjadinya hubungan antara
orang-orang dalam sekolah
dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah
dengan masyarakat sekitar sekolah.
dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah
dengan masyarakat sekitar sekolah.
e. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
alat kemajuan perkembagan social
f. Pendidikan Islamn sebagai disiplin
ilmu dapat melestarikan dan
memajuakan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud
komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan
kepuncak yang setinggi-tingginya
memajuakan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud
komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan
kepuncak yang setinggi-tingginya
g. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
dasar menentukan tujuan pendidikan
Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi
muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat
memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sesuai al-Quran.
Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi
muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat
memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sesuai al-Quran.
h. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
sosiologi terapan Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan
tetapi
sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara
sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara
sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
i.
Sosiologi
pendidikan Islam sebagai latihan bagi petugas pendidikan agar
para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam.
para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam.
B. latar belakang Munculnya Sosiologi Pendidikan
Islam
Saat ini fakta menunjukkan bahwa
masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif, dan sering
menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap
nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi,
apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural
lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi
sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat. Masalah-masalah sosial juga
dialami dunia pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sosiologi diharapkan mampu
menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang
fundamental.
Pendidikan formal di sekolah tidak
akan pernah lepas dari campur tangan guru. Guru merupakan seorang
administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, yang diharuskan memiliki
kelakuan dan tabiat yang sesuai dengan harapan masyarakat. Sebagai pendidik dan
pembangun generasi, seorang guru diharapkan memiliki tingkah laku yang bermoral
tinggi yang dapat ditiru dan dijadikan tauladan bagi para siswa demi masa depan
bangsa dan Negara.
Kepribadian
guru dapat mempengaruhi suasana kelas maupun sekolah, yang akibatnya siswa
dapat bebas dalam mengeluarkan pendapat dan mengembangkan kreatifitasnya, atau
bahkan sebaliknya, terkekang dan selalu menuruti kemauan guru tanpa bisa
berkembang.
Anak dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal), guru-guru/sekolah (pendidikan
formal), dan masyarakat (pendidikan non formal). Dari ketiga aspek tersebut,
pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan. Pendidikan sendiri dapat
dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah
sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan
dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia baik dalam keluarga,
sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem sosialnya).
Seorang awam yang untuk
pertama kali mempelajari sosiologi , Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih
muda ,walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama ,sejak manusia
mengenal kebudayaan dan peradaban ,mayarakat manusia sebagai proses pergaulan
hidup telah menarik perrhatian .”awal mulanya ,orang-orang yang meninjau
masyarakat ,hanya terarik masalah-masalah yang menarik perhatian umum ,seperti
kejahatan ,perang , kekuasaan golongan yang berkuasa ,keagamaan dan lain
sebagainy.,dari pemikiran serta penilaian yang demikian itu
,orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan ,dimana orang
menguraikan harapan –harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang
diinginkan atau yang ideal.dengan dengan timbullah perumusan nilai-nilai dan
kaidah –kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya
dengan manusia lain dalam suatu masyarakat “nilai-inilai dan kaidah –kaidah
mana dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai semua
manusia selama hidup didunia .
Semua itu merupakan
idaman-idaman manusia dikala itu yang ada umumnya bersifat utopis .artinya
,orang harus mengakui bahwa nilai –nilai dan kaidah –kaidah masyarakat yang di
idam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada didalam
masyarakat pada suatu waktu tertentu .perbedaan yang tidak jarang menimbulkan
prtentangan anatara harapan dan kenyataan ,dan memaksa para ahli pikir untuk
mencari sebab –sebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan-keyataan didalam
masyarakat ,sehingga timbul berbagai macam teori tentang masyarakat
.lambat laun teori –teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara
sistematis dan netral ,terlepas dari harapan –harapan pribadi para sarjana yang
mempelajari dan juga dari penilaian baik buruk mengenai gejala– gejala atau
unsure yang dijumpai didalam tubuh masyarakat itu ,sehingga timbullah ilmu
pengetahuan mengenai masyarakat.
Munculnya sosiologi
sebagai sebuah ilmu, selain merupakan hasil dari proses empiricall-historis, juga merupakan hasil dari proses
perkembangan pemikiran filosofis. ”Fenomena empiris yang melatarbelakangi
situasi sosial-politik di Eropa Barat pada abad ke-15 sampai dengan abad ke-18
sangat mempengaruhi berkembangnya pemikiran-pemikiran sosiologis pada saat itu,
dan menjadi landasan berpikir bagi pengembangan konsep serta teori pada
masa-masa selanjutnya. Seiring dengan kondisi historis yang berubah, perkembangan
pemikiran sosiologi didorong pula oleh munculnya pandangan-pandangan filosofis
tentang positivisme, yaitu
mencari penjelasan semua gejala alam dan sosial dengan mengacu pada deskripsi
dan hukum ilmiah.
Penjelasan yang bersifat
historis dan filosofis, selanjutnya akan mengantarkan pada pemahaman tentang subject-matter atau pokok bahasan
sosiologi yang membedakan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, dan dengan demikian
akan memberikan jawaban tentang hakekat dari sosiologi. Kompleksitas
permasalahan yang mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran sosiologi telah
memberikan sumbangan yang besar bagi keragaman cara pandang, sehingga sosiologi
lalu dinyatakan sebagai ilmu dengan paradigma majemuk (’a multiple paradigm science’).
C. Tujuan
Sosiologi Pendidikan Islam
Tujuan sosiologi pendidikan Islam
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis proses sosialisasi
anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus
diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan
pribadi anak.
2. Menganalisis perkembangan dan
kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan
kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah
atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih
tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga
kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan
keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
3. Menganalisis status pendidikan dalam
masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering
disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada.
Sebagai contoh, perguruan tinggi didirikan di tingkat propinsi atau kabupaten yang
cukup animo mahasiswanya serta tersedia dosen yang bonafid.
4. Menganalisis partisipasi orang-orang
terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan warga yang berpendidikan
sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat. Sehingga
sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan berpartisipasi aktif dalam
kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan masyarakat. Mereka harus
mampu menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5. Membantu menentukan tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan nasional harus sesuai dengan falsafah hidup
bangsa (Indonesia; Pancasila). Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak
pada keterkaitannya dengan GBHN yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan
dalam sidang umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh,
serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Menurut E.G. Payne, sosiologi
pendidikan bertujuan memberikan latihan-latihan yang efektif kepada
guru-guru dalam bidang sosiologi.
7. Memahami hubungan antar manusia di
sekolah serta struktur masyarakat.Dalam referensi lain disebutkan, bahwa tujuan
sosiologi pendidikan terdiri dari beberapa konsep berikut:
1. Sosiologi pendidikan sebagai
analisis proses sosialisasi Yaitu
mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial mempengaruhi kelakuan
seorang individu. Francis Brown mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan
memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”.
2. Sosiologi pendidikan sebagai
analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
L. A. Cook mengutamakan fungsi
lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara
sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, seperti menyelidiki hubungan antara
masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah atau menengah. Juga meneliti fungsi
sekolah sehubungan dengan struktur status sosial dalam lingkungan masyarakat
tertentu.
3. Sosiologi pendidikan sebagai
analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat
Menganalisis pola-pola interaksi
sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di
dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah. Juga menyelidiki
hubungan dan partisipasi guru dalam kegiatan masyarakat. Peranan tenaga
pengajar di sekolah yang dapat menambah wawasan tentang kelompok-kelompok
sosial dalam sekolah.
4. Sosiologi pendidikan sebagai alat
kemajuan dan perkembangan social
Para ahli menganggap bahwa
pendidikan sosial merupakan bidang studi yang memberi dasar bagi kemajuan
sosial dan pemecahan masalah-masalah sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan
yang mampu memperbaiki masyarakat, alat untuk mencapai kesejahteraan atau
kemajuan sosial. Sedangkan sekolah dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial
yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
5. Sosiologi pendidikan sebagai dasar
untuk menentukan tujuan pendidikan
Beberapa ahli memandang bahwa
sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara
objektif. Mereka mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan
analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Sosiologi pendidikan sebagai
sosiologi terapan
Sosiologi pendidikan merupakan
aplikasi sosiologi terhadap masalah-masalah pendidikan, misalnya kurikulum.
Sosiologi bukan ilmu murni, akan tetapi merupakan ilmu terapan yang diterapkan
untuk mengendalikan pendidikan. Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan
segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan yang
kemudian dipadukan dalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip
sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.
7. Sosiologi pendidikan sebagai latihan
bagi petugas pendidikan
Menurut F.G. Robbins dan Brown,
sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang membicarakan dan menjelaskan
hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
mengorganisasikan pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan
sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya. Sedangkan menurut E.G. Payne
tujuan utama dari sosiologi pendidikan adalah memberikan latihan yang serasi
dan efektif kepada guru-guru, para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh
perhatian kepada pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangannya kepada
pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.
`E. Contoh Kajian
Sosiologi Pendidikan Islam
Membahas mengenai contoh
kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh
karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang
membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh masalah dalam
masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
Putus sekolah
merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik yang tidak mampu
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan
studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Masalah putus sekolah khususnya pada
jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap,
merupakan beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman
masyarakat. Hal ini
diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak
memiliki ketrampilan yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih
bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi,
bisa menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan
yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif
Masalah putus sekolah bisa
menimbulkan ekses dalam masyarakat, karena itu penanganannya menjadi tugas kita
semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran sosiologi pendidikan,
sehingga para putus sekolah tidak mengganggu kesejahteraan sosial.
Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
§ Langkah preventif: membekali para
peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan praktis dan bermanfaat sejak dini,
agar kelak bila diperlukan dapat merespons tantangan-tantangan hidup dalam
masyarakat secara positif, sehingga dapat mandiri dan tidak menjadi beban
masyarakat, atau menjadi parasit dalam masyarakat. Misalnya
ketrampilan-ketrampilan kerajinan, jasa, perbengkelan, elektronika, PKK,
fotografi, batik, dan lain sebagainya.
§ Langkah pembinaan: memnerikan
pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti perkembangan/perbaruan zaman
melaui bimbingan dan latihan-latihan dalam lembaga-lembaga sosial/pendidikan
luar sekolah seperti LKMD, PKK, klompencapir, karang taruna, dan lain sebagainya.
§ Langakah tindak lanjut: memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melaui
penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa
mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih baik
dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan, bonus, keteladanan,
kepahlawanan, dan sebagainya, sampai berbagai kemudahan untuk melanjutkan studi
dengan program Belajar Jarak Jauh (BJJ), seperti unoversitas terbuka, sekolah
terbuka, dan sebagainya.[8]
ü Bidang Kajian Sosiologi Pendidikan
Islam
Masalah-masalah yang diselidiki
sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi pendidikan meliputi
pokok-pokok antara lain:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan
aspek-aspek lain dalam masyarakat, yang meliputi:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.Hubungan antara sistem pendidikan
dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c. Fungsi sistem pendidikan dalam
proses perubahan sosial dan kultural, atau usaha mempertahankan status quo
d. Hubungan pendidikan dengan sistem
tingkat/status sosial
e. Fungsi sistem pendidikan formal
bertalian dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya
2. Hubungan antar manusia di dalam
sekolah, dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu menganalisis struktur sosial di
dalam sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem sekolah berbeda dengan apa yang
terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Bidang yang dapat dipelajari
antara lain:
a. Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh
ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi sosial atau struktur
masyarakat sekolah, yang meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur di
sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola
interaksi informal.
3. Pengaruh sekolah terhadap kelakuan
dan kepribadian semua pihak di sekolah, jadi yang diutamakan adalah aspek
proses pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh sekolah terhadap murid.
Seperti peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru, pengaruh kepribadian
guru terhadap kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.
4. Sekolah dalam masyarakat, yaitu
menganalisis pola interaksi sekolah dengan kelompok sosial dalam masyarakat di
sekitarnya, meliputi:
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi
sekolah
b.Analisis proses pendidikan yang
terdapat dalam sistem-sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah
c. Hubungan antara sekolah dan
masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi
dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk
memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam
keseluruhan kehidupan masyarakat.
- Pendekatan dalam Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Dalam kajian Sosiologi Pendidikan
kita akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach) yaitu:
- Pendekatan Indvidu (The Individu Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan
faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi, psikologi, dan
kemampun psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat
(kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk
mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami tingkah laku individu satu persatu
bagaimana cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya, perbuatnnya, sikapnya
dan sebagainya atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi individu,
begitulah seterusnya. Maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok
(masyarakat), dilihat dari tingkah laku masyarakat seluruhnya sampai pada tingkah
laku Negara ( misalnya kepribadian Negara).
Individu sebagai titik tolak ditentukan
atau di pengaruhi oleh dua macam faktor intern dan extern. Faktor intern
meliputi faktor-faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor extern
mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Maka
didalam approach individu menitik beratkan kepada
faktor-faktor biologis dan psikologis yang mendeterminir tingkah laku
seseorang. Kedua faktor itulah yang primer sedangkan faktor lingkungan sekitar
fisik dan sosial merupakan faktor sekunder.[10]
2. Pedekatan Sosial (The Sosial
Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan
faktor lingkungan sebagai lingkungan tinggal induvidu dalam
perkembangannya. Titik pangkal dari Approach Sosial ialah
masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok-kelompok dengan berbagai
aktivitas. Secara konkrit Approach Sosial ini membahas aspek-aspek
atau komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat
istiadat, moralitas, norma-norma sosialnya dan sebagainya.
Tingkah laku individu dapat dipahami
dengan memahami tingkah laku masyarakatnya. Misalnya, pada waktu lahir dengan pertolongan
bidan, atau dukun bayi, upacara-upacara yang dilakukan untuk si bayi, apabila
anak sudah mulai bicara diajar tatakrama keluarga dan masyarakat. Misalnya
bagimana cara makan dan minum, bagaimana cara berpakain dan sebagainya. Semua
menjalankan bahwa generasi muda harus bertingkah laku sesuai dengan pola
tingkah laku yang dikehendaki oleh masyrakat atau dengan perkataan lain di
kondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Jadi kalau masyarakat mengizinkan
perkawinan poligami maka individu-individunya juga berpoligami.
Lebih luas lagi karena Indonesia
mengembangkan falsafah hidup Pancasila, maka seluruh warga negara harus
mengembangkan paham Pancasila. Kalau pemerintah menganut demokrasi pancasila
maka seluruh warga negara harus mengerti dan mengamalkan demokrai pancasila.
Jika ada warga yang tidak mau mengamalkan pancasila, negara akan menindak
mereka, oleh karena mereka diangggap menyeleweng dari pola tingkah laku yang
harus dikembangkan oleh masyarakat.
Approach Sosial tentulah
mempunyai kelemahan, sebab betapapun homogennya suatu masyarakat, betapa
kuatnya tata cara di situ masih juga kita dapati individualitas jadi anggota
masyarakat, artinya ciri-ciri tingkah laku manusia perseorangan masih dapat
dilihat juga. Mengapa demikian karena tiap-tiap individu mempunyai watak dan
kepribadiannya masing-masing, individualitas manusia tetap masih ada tidak
jarang juga kesegeraman tingkah laku pada masyarakat-masyarakat yang kuat tata
caranya dianggap sebagai paksaan terhadap individu-individunya, mereka merasa
kurang bebas, mereka ingin keluar dari belenggu adat istiadat masyarakat.
Jadi pendekatan sosial ini titik
beratnya terletak pada masyarakat dan pengaruh geografis jadi tingkah laku
manusia itu ditentukan oleh faktor fisik dan kultural. Jadi dengan demikian,
maka bertitik pangkal kepada berbagai individu yang berinteraksi, dan dengan
interksi sosial itu akan menunjukkan segi sosialnya makluk manusia, sudah
barang tentu dalam hal ini manusia selalu mengadakan penyesuain diri dengan
lingkungannya.
3. Pendekatan Interksi (The
Intraction approach)
Yaitu pendekatan dengan
memperhatikan pola hubungan antara individu dalam lingkungannya. Di dalam
pendekatan interaksional kita memperhatikan faktor-faktor individu dan sosial.
Dimana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dalam hubungan timbal balik
antara individu dan masyarakat. Yang mana interaksi yang terjadi mempunyai
kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi dalam rangka saling menyempurnakan.
Approach Individu memberi dasar adanya individualitas watak dan
kepribadian individu-individu perseorangan sedangkan approach sosial terutama
dengan studi sosiologinya memberi landasan arah dan perkembanagan watak dan
kepribadian individu-individu dalam kontak dengan individu individu lainya,
kontak antara masyarakat satu dengan yang lain, kontak antara negara satu
dengan negara yang lain. Studi Sosiologi menegaskan setiap individu itu
dilahirkan dan dibesarkan oleh masyarakat serta individu-individu itu dalam
hidupnya di masyarakat selalu mengidentifikasikan dirinya dengan pola tingkah
laku dan kebudayaan masyarakat.
Dan situasi Interaksi adalah situasi
hubungan sosial. Maka dapat dikatakan bahwa manusia itu memasyarakatkan diri,
atau dengan perkataan lain manusia membudayakan diri, dan permasyarakatan
pembudayaan ini tidak akan habis-habisnya sampai akhir zaman.
Macam-macam Interaksi Sosial:
1. Dilihat dari sudut subjeknya, ada
tiga macam Interaksi Sosial yaitu:
a. Interaksi antara orang perorangan
b.Interaksi antar orang dengan
kelompoknya dan sebaiknya
c. Interaksi antar kelompok
2. Dilihat dari segi caranya, ada 2
macam interksi sosial:
a. Interksi langsung (Dirrect
Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi, hubungan seks/kelamin
dan sebagainya.
b.Interksi simbolik (Symbolik
Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan bahasa (lisan/tertulis)
dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.
3. Menurut bentuknya, Selo Sumardjan
membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
1. Kerjasama (coopertion)
2. Persaingan (competition)
3. Pertikaian (conflict)
4. Akomodasi (accomodation) yaitu
bentuk penyelesaian dari pertikaian
Masyarakat indonesia termasuk tipe
masyarakat kooperatif, dengan cirinya yang khas yaitu “Gotong Royong”.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
ü Sosiologi Pendidikan Islamadalah
ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran
agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu
yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu
tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
ü Saat ini fakta
menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif,
dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan
terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan
lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural lag
(ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi
sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat
ü Menganalisis perkembangan dan
kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan
kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah
atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih
tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga
kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan
keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
ü Membahas mengenai contoh
kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh
karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang
membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh masalah dalam
masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
B.
SARAN
Kritik dan
saran yang sifatnya menbangun dari teman-teman dan dosen pembibing sangat kami
harapkan agar penyusunan makalah selanjutnya lebih baik dan sempurnah lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al
Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2000.
Ary H. Gunawan, Sosiologi
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 45.
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 2-4
Ary H. Gunawan, Sosiologi
Pendidikan, 71.
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan,
Jakarta:Rieneka Cipta, 1991, 26.
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendiddikan, 32-33.
Makassar 11,November 20012
Firmansyah (putra tolonggeru)
Memahami konsep dasar ilmu sosiologi
pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan
generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi
memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang
nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan
kemudian diamalkan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun
tidak secara mayoritasmasyarakat Indonesia adalah islam akan terapi sebuah
nilai.
Pendidikan islam bisa
dianggap berhasil ketika peserta didik mempunyai kemampuan dan potensi untuk
dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Di sinilah
letak hubungan fungsionalitas dan korelasi antar pendidikan islam dengan
sosiologi, karena sosiologi membahas tentang interaksi sosial di masyarakat.
Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan
struktur nilai yang disimbolkan dengan angaka, melainkan lebih ditentukan oleh
kehidupan interaksi social sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar
masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan
nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu sosiologi mempunyai
kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan
agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat
penting untuk kita sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi
objek kajian sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita
juga sebagai manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam?
- Apa sebab munculnya sosiologi pendidikan islam?
- Apa tujuan sosiologi pendidikan islam?
- Seperti apa contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam?
- C. Tujuan
- Mengetahui pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam
- Mengetahui sebab munculnya sosiologi pendidikan islam
- Mengetahui tujuan sosiologi pendidikan islam
- Mengetahui contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian
ruang lingkup
dan manfaat sosiologi pendidikan islam
Sosiologi Pendidikan Islam terdiri
dari tiga kata, yaitu Sosiologi yang diartikan sebagai “Ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnya perubahan-perubahan
sosial”, Pendidikan yang diartikan sebagai “proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ”, dan Islam, yaitu
“bersifat keislaman”
Menurut Prof. DR. S. Nasution, M.A.,
Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara
mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar
lebih baik. Sedangkan menurut F.G. Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan
ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.
Dari pengertian-pengertian di atas,
dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan Islamadalah ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur
bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan
kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan
serta mengorganisasikan pengalamannya.
·
Ruang
lingkup sosiologi pendidikan islam ada tujuh:
ü
Kehidupan
beragama, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma islam
ü
Kehidupan
keluarga, agar perkembangan menjadi keluarga sejahtera
ü
Kehidupan
sosial, agar dapat berkembang menjadi sistem bebas dari penghisapan manusia
lain
ü
Kehidupan
politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan
islam
ü
Budaya,
agar menjadi manusia penuh keindahan dan kegairahan dengan nilai norma
ü
Ekonomi,
terbina masyarakat yang adil dna makmur dengna ridha Allah SWT
ü
Pengetahuan,
bertujuan agar berkembang menjadi alat untuk menapai kesejahteraan umat manusia
yang dikendalikan oleh iman
·
manfaat
sosiologi pendidikan islam
a. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
proses sosialisasi
Dalam
hal ini sosiologi pendidikan Islam mengutamakan proses
bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan
individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan
pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperoleh pengalamannya.
bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan
individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan
pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperoleh pengalamannya.
b. Sosilogi pendidikan Islam sebagai
analisis kedudukan pendidikan dalam
masyarakat.
Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan
Islam diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat
yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat
menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka
manusia tidak sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam
tidak bisa terwujud.
masyarakat.
Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan
Islam diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat
yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat
menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka
manusia tidak sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam
tidak bisa terwujud.
c. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
anilisis social di sekolah dan antara
sekolah dan masyarakat.
sekolah dan masyarakat.
d. Diharapka terjadinya hubungan antara
orang-orang dalam sekolah
dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah
dengan masyarakat sekitar sekolah.
dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah
dengan masyarakat sekitar sekolah.
e. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
alat kemajuan perkembagan social
f. Pendidikan Islamn sebagai disiplin
ilmu dapat melestarikan dan
memajuakan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud
komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan
kepuncak yang setinggi-tingginya
memajuakan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud
komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan
kepuncak yang setinggi-tingginya
g. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
dasar menentukan tujuan pendidikan
Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi
muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat
memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sesuai al-Quran.
Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi
muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat
memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sesuai al-Quran.
h. Sosiologi pendidikan Islam sebagai
sosiologi terapan Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan
tetapi
sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara
sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara
sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
i.
Sosiologi
pendidikan Islam sebagai latihan bagi petugas pendidikan agar
para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam.
para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam.
B. latar belakang Munculnya Sosiologi Pendidikan
Islam
Saat ini fakta menunjukkan bahwa
masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif, dan sering
menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap
nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi,
apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural
lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi
sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat. Masalah-masalah sosial juga
dialami dunia pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sosiologi diharapkan mampu
menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang
fundamental.
Pendidikan formal di sekolah tidak
akan pernah lepas dari campur tangan guru. Guru merupakan seorang
administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, yang diharuskan memiliki
kelakuan dan tabiat yang sesuai dengan harapan masyarakat. Sebagai pendidik dan
pembangun generasi, seorang guru diharapkan memiliki tingkah laku yang bermoral
tinggi yang dapat ditiru dan dijadikan tauladan bagi para siswa demi masa depan
bangsa dan Negara.
Kepribadian
guru dapat mempengaruhi suasana kelas maupun sekolah, yang akibatnya siswa
dapat bebas dalam mengeluarkan pendapat dan mengembangkan kreatifitasnya, atau
bahkan sebaliknya, terkekang dan selalu menuruti kemauan guru tanpa bisa
berkembang.
Anak dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal), guru-guru/sekolah (pendidikan
formal), dan masyarakat (pendidikan non formal). Dari ketiga aspek tersebut,
pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan. Pendidikan sendiri dapat
dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah
sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan
dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia baik dalam keluarga,
sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem sosialnya).
Seorang awam yang untuk
pertama kali mempelajari sosiologi , Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih
muda ,walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama ,sejak manusia
mengenal kebudayaan dan peradaban ,mayarakat manusia sebagai proses pergaulan
hidup telah menarik perrhatian .”awal mulanya ,orang-orang yang meninjau
masyarakat ,hanya terarik masalah-masalah yang menarik perhatian umum ,seperti
kejahatan ,perang , kekuasaan golongan yang berkuasa ,keagamaan dan lain
sebagainy.,dari pemikiran serta penilaian yang demikian itu
,orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan ,dimana orang
menguraikan harapan –harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang
diinginkan atau yang ideal.dengan dengan timbullah perumusan nilai-nilai dan
kaidah –kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya
dengan manusia lain dalam suatu masyarakat “nilai-inilai dan kaidah –kaidah
mana dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai semua
manusia selama hidup didunia .
Semua itu merupakan
idaman-idaman manusia dikala itu yang ada umumnya bersifat utopis .artinya
,orang harus mengakui bahwa nilai –nilai dan kaidah –kaidah masyarakat yang di
idam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada didalam
masyarakat pada suatu waktu tertentu .perbedaan yang tidak jarang menimbulkan
prtentangan anatara harapan dan kenyataan ,dan memaksa para ahli pikir untuk
mencari sebab –sebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan-keyataan didalam
masyarakat ,sehingga timbul berbagai macam teori tentang masyarakat
.lambat laun teori –teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara
sistematis dan netral ,terlepas dari harapan –harapan pribadi para sarjana yang
mempelajari dan juga dari penilaian baik buruk mengenai gejala– gejala atau
unsure yang dijumpai didalam tubuh masyarakat itu ,sehingga timbullah ilmu
pengetahuan mengenai masyarakat.
Munculnya sosiologi
sebagai sebuah ilmu, selain merupakan hasil dari proses empiricall-historis, juga merupakan hasil dari proses
perkembangan pemikiran filosofis. ”Fenomena empiris yang melatarbelakangi
situasi sosial-politik di Eropa Barat pada abad ke-15 sampai dengan abad ke-18
sangat mempengaruhi berkembangnya pemikiran-pemikiran sosiologis pada saat itu,
dan menjadi landasan berpikir bagi pengembangan konsep serta teori pada
masa-masa selanjutnya. Seiring dengan kondisi historis yang berubah, perkembangan
pemikiran sosiologi didorong pula oleh munculnya pandangan-pandangan filosofis
tentang positivisme, yaitu
mencari penjelasan semua gejala alam dan sosial dengan mengacu pada deskripsi
dan hukum ilmiah.
Penjelasan yang bersifat
historis dan filosofis, selanjutnya akan mengantarkan pada pemahaman tentang subject-matter atau pokok bahasan
sosiologi yang membedakan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, dan dengan demikian
akan memberikan jawaban tentang hakekat dari sosiologi. Kompleksitas
permasalahan yang mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran sosiologi telah
memberikan sumbangan yang besar bagi keragaman cara pandang, sehingga sosiologi
lalu dinyatakan sebagai ilmu dengan paradigma majemuk (’a multiple paradigm science’).
C. Tujuan
Sosiologi Pendidikan Islam
Tujuan sosiologi pendidikan Islam
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis proses sosialisasi
anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus
diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan
pribadi anak.
2. Menganalisis perkembangan dan
kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan
kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah
atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih
tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga
kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan
keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
3. Menganalisis status pendidikan dalam
masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering
disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada.
Sebagai contoh, perguruan tinggi didirikan di tingkat propinsi atau kabupaten yang
cukup animo mahasiswanya serta tersedia dosen yang bonafid.
4. Menganalisis partisipasi orang-orang
terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan warga yang berpendidikan
sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat. Sehingga
sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan berpartisipasi aktif dalam
kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan masyarakat. Mereka harus
mampu menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5. Membantu menentukan tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan nasional harus sesuai dengan falsafah hidup
bangsa (Indonesia; Pancasila). Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak
pada keterkaitannya dengan GBHN yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan
dalam sidang umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh,
serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Menurut E.G. Payne, sosiologi
pendidikan bertujuan memberikan latihan-latihan yang efektif kepada
guru-guru dalam bidang sosiologi.
7. Memahami hubungan antar manusia di
sekolah serta struktur masyarakat.Dalam referensi lain disebutkan, bahwa tujuan
sosiologi pendidikan terdiri dari beberapa konsep berikut:
1. Sosiologi pendidikan sebagai
analisis proses sosialisasi Yaitu
mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial mempengaruhi kelakuan
seorang individu. Francis Brown mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan
memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”.
2. Sosiologi pendidikan sebagai
analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
L. A. Cook mengutamakan fungsi
lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara
sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, seperti menyelidiki hubungan antara
masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah atau menengah. Juga meneliti fungsi
sekolah sehubungan dengan struktur status sosial dalam lingkungan masyarakat
tertentu.
3. Sosiologi pendidikan sebagai
analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat
Menganalisis pola-pola interaksi
sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di
dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah. Juga menyelidiki
hubungan dan partisipasi guru dalam kegiatan masyarakat. Peranan tenaga
pengajar di sekolah yang dapat menambah wawasan tentang kelompok-kelompok
sosial dalam sekolah.
4. Sosiologi pendidikan sebagai alat
kemajuan dan perkembangan social
Para ahli menganggap bahwa
pendidikan sosial merupakan bidang studi yang memberi dasar bagi kemajuan
sosial dan pemecahan masalah-masalah sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan
yang mampu memperbaiki masyarakat, alat untuk mencapai kesejahteraan atau
kemajuan sosial. Sedangkan sekolah dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial
yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
5. Sosiologi pendidikan sebagai dasar
untuk menentukan tujuan pendidikan
Beberapa ahli memandang bahwa
sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara
objektif. Mereka mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan
analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Sosiologi pendidikan sebagai
sosiologi terapan
Sosiologi pendidikan merupakan
aplikasi sosiologi terhadap masalah-masalah pendidikan, misalnya kurikulum.
Sosiologi bukan ilmu murni, akan tetapi merupakan ilmu terapan yang diterapkan
untuk mengendalikan pendidikan. Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan
segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan yang
kemudian dipadukan dalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip
sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.
7. Sosiologi pendidikan sebagai latihan
bagi petugas pendidikan
Menurut F.G. Robbins dan Brown,
sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang membicarakan dan menjelaskan
hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
mengorganisasikan pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan
sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya. Sedangkan menurut E.G. Payne
tujuan utama dari sosiologi pendidikan adalah memberikan latihan yang serasi
dan efektif kepada guru-guru, para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh
perhatian kepada pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangannya kepada
pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.
`E. Contoh Kajian
Sosiologi Pendidikan Islam
Membahas mengenai contoh
kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh
karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang
membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh masalah dalam
masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
Putus sekolah
merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik yang tidak mampu
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan
studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Masalah putus sekolah khususnya pada
jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap,
merupakan beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman
masyarakat. Hal ini
diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak
memiliki ketrampilan yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih
bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi,
bisa menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan
yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif
Masalah putus sekolah bisa
menimbulkan ekses dalam masyarakat, karena itu penanganannya menjadi tugas kita
semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran sosiologi pendidikan,
sehingga para putus sekolah tidak mengganggu kesejahteraan sosial.
Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
§ Langkah preventif: membekali para
peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan praktis dan bermanfaat sejak dini,
agar kelak bila diperlukan dapat merespons tantangan-tantangan hidup dalam
masyarakat secara positif, sehingga dapat mandiri dan tidak menjadi beban
masyarakat, atau menjadi parasit dalam masyarakat. Misalnya
ketrampilan-ketrampilan kerajinan, jasa, perbengkelan, elektronika, PKK,
fotografi, batik, dan lain sebagainya.
§ Langkah pembinaan: memnerikan
pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti perkembangan/perbaruan zaman
melaui bimbingan dan latihan-latihan dalam lembaga-lembaga sosial/pendidikan
luar sekolah seperti LKMD, PKK, klompencapir, karang taruna, dan lain sebagainya.
§ Langakah tindak lanjut: memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melaui
penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa
mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih baik
dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan, bonus, keteladanan,
kepahlawanan, dan sebagainya, sampai berbagai kemudahan untuk melanjutkan studi
dengan program Belajar Jarak Jauh (BJJ), seperti unoversitas terbuka, sekolah
terbuka, dan sebagainya.[8]
ü Bidang Kajian Sosiologi Pendidikan
Islam
Masalah-masalah yang diselidiki
sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi pendidikan meliputi
pokok-pokok antara lain:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan
aspek-aspek lain dalam masyarakat, yang meliputi:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.Hubungan antara sistem pendidikan
dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c. Fungsi sistem pendidikan dalam
proses perubahan sosial dan kultural, atau usaha mempertahankan status quo
d. Hubungan pendidikan dengan sistem
tingkat/status sosial
e. Fungsi sistem pendidikan formal
bertalian dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya
2. Hubungan antar manusia di dalam
sekolah, dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu menganalisis struktur sosial di
dalam sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem sekolah berbeda dengan apa yang
terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Bidang yang dapat dipelajari
antara lain:
a. Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh
ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi sosial atau struktur
masyarakat sekolah, yang meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur di
sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola
interaksi informal.
3. Pengaruh sekolah terhadap kelakuan
dan kepribadian semua pihak di sekolah, jadi yang diutamakan adalah aspek
proses pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh sekolah terhadap murid.
Seperti peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru, pengaruh kepribadian
guru terhadap kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.
4. Sekolah dalam masyarakat, yaitu
menganalisis pola interaksi sekolah dengan kelompok sosial dalam masyarakat di
sekitarnya, meliputi:
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi
sekolah
b.Analisis proses pendidikan yang
terdapat dalam sistem-sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah
c. Hubungan antara sekolah dan
masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi
dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk
memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam
keseluruhan kehidupan masyarakat.
- Pendekatan dalam Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Dalam kajian Sosiologi Pendidikan
kita akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach) yaitu:
- Pendekatan Indvidu (The Individu Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan
faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi, psikologi, dan
kemampun psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat
(kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk
mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami tingkah laku individu satu persatu
bagaimana cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya, perbuatnnya, sikapnya
dan sebagainya atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi individu,
begitulah seterusnya. Maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok
(masyarakat), dilihat dari tingkah laku masyarakat seluruhnya sampai pada tingkah
laku Negara ( misalnya kepribadian Negara).
Individu sebagai titik tolak ditentukan
atau di pengaruhi oleh dua macam faktor intern dan extern. Faktor intern
meliputi faktor-faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor extern
mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Maka
didalam approach individu menitik beratkan kepada
faktor-faktor biologis dan psikologis yang mendeterminir tingkah laku
seseorang. Kedua faktor itulah yang primer sedangkan faktor lingkungan sekitar
fisik dan sosial merupakan faktor sekunder.[10]
2. Pedekatan Sosial (The Sosial
Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan
faktor lingkungan sebagai lingkungan tinggal induvidu dalam
perkembangannya. Titik pangkal dari Approach Sosial ialah
masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok-kelompok dengan berbagai
aktivitas. Secara konkrit Approach Sosial ini membahas aspek-aspek
atau komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat
istiadat, moralitas, norma-norma sosialnya dan sebagainya.
Tingkah laku individu dapat dipahami
dengan memahami tingkah laku masyarakatnya. Misalnya, pada waktu lahir dengan pertolongan
bidan, atau dukun bayi, upacara-upacara yang dilakukan untuk si bayi, apabila
anak sudah mulai bicara diajar tatakrama keluarga dan masyarakat. Misalnya
bagimana cara makan dan minum, bagaimana cara berpakain dan sebagainya. Semua
menjalankan bahwa generasi muda harus bertingkah laku sesuai dengan pola
tingkah laku yang dikehendaki oleh masyrakat atau dengan perkataan lain di
kondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Jadi kalau masyarakat mengizinkan
perkawinan poligami maka individu-individunya juga berpoligami.
Lebih luas lagi karena Indonesia
mengembangkan falsafah hidup Pancasila, maka seluruh warga negara harus
mengembangkan paham Pancasila. Kalau pemerintah menganut demokrasi pancasila
maka seluruh warga negara harus mengerti dan mengamalkan demokrai pancasila.
Jika ada warga yang tidak mau mengamalkan pancasila, negara akan menindak
mereka, oleh karena mereka diangggap menyeleweng dari pola tingkah laku yang
harus dikembangkan oleh masyarakat.
Approach Sosial tentulah
mempunyai kelemahan, sebab betapapun homogennya suatu masyarakat, betapa
kuatnya tata cara di situ masih juga kita dapati individualitas jadi anggota
masyarakat, artinya ciri-ciri tingkah laku manusia perseorangan masih dapat
dilihat juga. Mengapa demikian karena tiap-tiap individu mempunyai watak dan
kepribadiannya masing-masing, individualitas manusia tetap masih ada tidak
jarang juga kesegeraman tingkah laku pada masyarakat-masyarakat yang kuat tata
caranya dianggap sebagai paksaan terhadap individu-individunya, mereka merasa
kurang bebas, mereka ingin keluar dari belenggu adat istiadat masyarakat.
Jadi pendekatan sosial ini titik
beratnya terletak pada masyarakat dan pengaruh geografis jadi tingkah laku
manusia itu ditentukan oleh faktor fisik dan kultural. Jadi dengan demikian,
maka bertitik pangkal kepada berbagai individu yang berinteraksi, dan dengan
interksi sosial itu akan menunjukkan segi sosialnya makluk manusia, sudah
barang tentu dalam hal ini manusia selalu mengadakan penyesuain diri dengan
lingkungannya.
3. Pendekatan Interksi (The
Intraction approach)
Yaitu pendekatan dengan
memperhatikan pola hubungan antara individu dalam lingkungannya. Di dalam
pendekatan interaksional kita memperhatikan faktor-faktor individu dan sosial.
Dimana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dalam hubungan timbal balik
antara individu dan masyarakat. Yang mana interaksi yang terjadi mempunyai
kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi dalam rangka saling menyempurnakan.
Approach Individu memberi dasar adanya individualitas watak dan
kepribadian individu-individu perseorangan sedangkan approach sosial terutama
dengan studi sosiologinya memberi landasan arah dan perkembanagan watak dan
kepribadian individu-individu dalam kontak dengan individu individu lainya,
kontak antara masyarakat satu dengan yang lain, kontak antara negara satu
dengan negara yang lain. Studi Sosiologi menegaskan setiap individu itu
dilahirkan dan dibesarkan oleh masyarakat serta individu-individu itu dalam
hidupnya di masyarakat selalu mengidentifikasikan dirinya dengan pola tingkah
laku dan kebudayaan masyarakat.
Dan situasi Interaksi adalah situasi
hubungan sosial. Maka dapat dikatakan bahwa manusia itu memasyarakatkan diri,
atau dengan perkataan lain manusia membudayakan diri, dan permasyarakatan
pembudayaan ini tidak akan habis-habisnya sampai akhir zaman.
Macam-macam Interaksi Sosial:
1. Dilihat dari sudut subjeknya, ada
tiga macam Interaksi Sosial yaitu:
a. Interaksi antara orang perorangan
b.Interaksi antar orang dengan
kelompoknya dan sebaiknya
c. Interaksi antar kelompok
2. Dilihat dari segi caranya, ada 2
macam interksi sosial:
a. Interksi langsung (Dirrect
Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi, hubungan seks/kelamin
dan sebagainya.
b.Interksi simbolik (Symbolik
Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan bahasa (lisan/tertulis)
dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.
3. Menurut bentuknya, Selo Sumardjan
membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
1. Kerjasama (coopertion)
2. Persaingan (competition)
3. Pertikaian (conflict)
4. Akomodasi (accomodation) yaitu
bentuk penyelesaian dari pertikaian
Masyarakat indonesia termasuk tipe
masyarakat kooperatif, dengan cirinya yang khas yaitu “Gotong Royong”.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
ü Sosiologi Pendidikan Islamadalah
ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran
agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu
yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu
tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
ü Saat ini fakta
menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif,
dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan
terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan
lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural lag
(ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi
sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat
ü Menganalisis perkembangan dan
kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan
kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah
atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih
tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga
kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan
keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
ü Membahas mengenai contoh
kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh
karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang
membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh masalah dalam
masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
B.
SARAN
Kritik dan
saran yang sifatnya menbangun dari teman-teman dan dosen pembibing sangat kami
harapkan agar penyusunan makalah selanjutnya lebih baik dan sempurnah lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al
Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2000.
Ary H. Gunawan, Sosiologi
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 45.
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 2-4
Ary H. Gunawan, Sosiologi
Pendidikan, 71.
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan,
Jakarta:Rieneka Cipta, 1991, 26.
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendiddikan, 32-33.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar