Rabu, 05 Desember 2012



Makassar 11,November 20012
Firmansyah (putra tolonggeru)

Memahami konsep dasar ilmu sosiologi pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Pendidikan islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan kemudian diamalkan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun tidak secara mayoritasmasyarakat Indonesia adalah islam akan terapi sebuah nilai.
Pendidikan islam  bisa dianggap berhasil ketika peserta didik mempunyai kemampuan dan potensi untuk dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Di sinilah letak hubungan fungsionalitas dan korelasi antar pendidikan islam dengan sosiologi, karena sosiologi membahas tentang interaksi sosial di masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angaka, melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi social sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk kita sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi objek kajian sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita juga sebagai manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi.


      B.     Rumusan Masalah
    1. Apa pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam?
    2. Apa sebab munculnya sosiologi pendidikan islam?
    3. Apa tujuan sosiologi pendidikan islam?
    4. Seperti apa contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam?
  1. C.    Tujuan
    1. Mengetahui pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam
    2. Mengetahui sebab munculnya sosiologi pendidikan islam
    3. Mengetahui tujuan sosiologi pendidikan islam
    4. Mengetahui contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam












BAB II
PEMBAHASAN
            A.    pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam
Sosiologi Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yaitu Sosiologi yang diartikan sebagai “Ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnya perubahan-perubahan sosial”,  Pendidikan yang diartikan sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ”, dan Islam, yaitu “bersifat keislaman”
Menurut Prof. DR. S. Nasution, M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Sedangkan menurut F.G. Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.  
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan Islamadalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
·         Ruang lingkup sosiologi pendidikan islam ada tujuh:
ü  Kehidupan beragama, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma islam
ü  Kehidupan keluarga, agar perkembangan menjadi keluarga sejahtera
ü  Kehidupan sosial, agar dapat berkembang menjadi sistem bebas dari penghisapan manusia lain
ü  Kehidupan politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan islam
ü  Budaya, agar menjadi manusia penuh keindahan dan kegairahan dengan nilai norma
ü  Ekonomi, terbina masyarakat yang adil dna makmur dengna ridha Allah SWT
ü  Pengetahuan, bertujuan agar berkembang menjadi alat untuk menapai kesejahteraan umat manusia yang dikendalikan oleh iman

·         manfaat sosiologi pendidikan islam
a.       Sosiologi pendidikan Islam sebagai proses sosialisasi
Dalam hal ini sosiologi pendidikan Islam mengutamakan proses
bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan
individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan
pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperoleh pengalamannya.
b.      Sosilogi pendidikan Islam sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam
masyarakat.
Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan
Islam diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat
yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat
menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka
manusia tidak sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam
tidak bisa terwujud.
c.       Sosiologi pendidikan Islam sebagai anilisis social di sekolah dan antara
sekolah dan masyarakat.
d.      Diharapka terjadinya hubungan antara orang-orang dalam sekolah
dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah
dengan masyarakat sekitar sekolah.
e.       Sosiologi pendidikan Islam sebagai alat kemajuan perkembagan social
f.       Pendidikan Islamn sebagai disiplin ilmu dapat melestarikan dan
memajuakan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud
komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan
kepuncak yang setinggi-tingginya
g.      Sosiologi pendidikan Islam sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan
Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi
muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat
memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sesuai al-Quran.
h.      Sosiologi pendidikan Islam sebagai sosiologi terapan Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan tetapi
sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara
sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
i.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai latihan bagi petugas pendidikan agar
para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam.
            B.     latar belakang Munculnya Sosiologi Pendidikan Islam
Saat ini fakta menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif, dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami dunia pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sosiologi diharapkan mampu menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.  
Pendidikan formal di sekolah tidak akan pernah lepas dari campur tangan guru. Guru merupakan seorang administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, yang diharuskan memiliki kelakuan dan tabiat yang sesuai dengan harapan masyarakat. Sebagai pendidik dan pembangun generasi, seorang guru diharapkan memiliki tingkah laku yang bermoral tinggi yang dapat ditiru dan dijadikan tauladan bagi para siswa demi masa depan bangsa dan Negara.
Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas maupun sekolah, yang akibatnya siswa dapat bebas dalam mengeluarkan pendapat dan mengembangkan kreatifitasnya, atau bahkan sebaliknya, terkekang dan selalu menuruti kemauan guru tanpa bisa berkembang.
Anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal), guru-guru/sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal). Dari ketiga aspek tersebut, pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan. Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem sosialnya).
Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi , Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda ,walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama ,sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban ,mayarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perrhatian .”awal mulanya  ,orang-orang yang meninjau masyarakat ,hanya terarik masalah-masalah yang menarik perhatian umum ,seperti kejahatan ,perang , kekuasaan golongan yang berkuasa ,keagamaan dan lain sebagainy.,dari pemikiran serta penilaian   yang  demikian itu ,orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan ,dimana orang menguraikan harapan –harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diinginkan atau yang ideal.dengan dengan timbullah perumusan nilai-nilai dan kaidah –kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam suatu masyarakat “nilai-inilai dan kaidah –kaidah mana dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai semua manusia selama hidup didunia .

Semua itu merupakan idaman-idaman manusia dikala itu yang ada umumnya bersifat utopis .artinya ,orang harus mengakui bahwa nilai –nilai dan kaidah –kaidah masyarakat yang di idam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada didalam masyarakat pada suatu waktu tertentu .perbedaan yang tidak jarang menimbulkan prtentangan anatara harapan dan kenyataan ,dan memaksa para ahli pikir untuk mencari sebab –sebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan-keyataan didalam masyarakat ,sehingga timbul berbagai macam teori  tentang  masyarakat .lambat laun teori –teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara sistematis dan netral ,terlepas dari harapan –harapan pribadi para sarjana yang mempelajari dan juga dari penilaian baik buruk mengenai gejala– gejala atau unsure yang dijumpai didalam tubuh masyarakat itu ,sehingga timbullah ilmu pengetahuan mengenai masyarakat.

Munculnya sosiologi sebagai sebuah ilmu, selain merupakan hasil dari proses empiricall-historis, juga merupakan hasil dari proses perkembangan pemikiran filosofis. ”Fenomena empiris yang melatarbelakangi situasi sosial-politik di Eropa Barat pada abad ke-15 sampai dengan abad ke-18 sangat mempengaruhi berkembangnya pemikiran-pemikiran sosiologis pada saat itu, dan menjadi landasan berpikir bagi pengembangan konsep serta teori pada masa-masa selanjutnya. Seiring dengan kondisi historis yang berubah, perkembangan pemikiran sosiologi didorong pula oleh munculnya pandangan-pandangan filosofis tentang positivisme, yaitu mencari penjelasan semua gejala alam dan sosial dengan mengacu pada deskripsi dan hukum ilmiah.

Penjelasan yang bersifat historis dan filosofis, selanjutnya akan mengantarkan pada pemahaman tentang subject-matter atau pokok bahasan sosiologi yang membedakan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, dan dengan demikian akan memberikan jawaban tentang hakekat dari sosiologi. Kompleksitas permasalahan yang mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran sosiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi keragaman cara pandang, sehingga sosiologi lalu dinyatakan sebagai ilmu dengan paradigma majemuk (’a multiple paradigm science’).


            C.    Tujuan Sosiologi Pendidikan Islam
            Tujuan sosiologi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak.
2.      Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
3.      Menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Sebagai contoh, perguruan tinggi didirikan di tingkat propinsi atau kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedia dosen yang bonafid.
4.      Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat. Sehingga sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan masyarakat. Mereka harus mampu menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5.      Membantu menentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa (Indonesia; Pancasila). Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitannya dengan GBHN yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam sidang umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.      Menurut E.G. Payne, sosiologi pendidikan bertujuan memberikan latihan-latihan yang efektif kepada guru-guru dalam bidang sosiologi.
7.      Memahami hubungan antar manusia di sekolah serta struktur masyarakat.Dalam referensi lain disebutkan, bahwa tujuan sosiologi pendidikan terdiri dari beberapa konsep berikut:  
1.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi Yaitu mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial mempengaruhi kelakuan seorang individu. Francis Brown mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”.
2.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
L. A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, seperti menyelidiki hubungan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah atau menengah. Juga meneliti fungsi sekolah sehubungan dengan struktur status sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.
3.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat
Menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah. Juga menyelidiki hubungan dan partisipasi guru dalam kegiatan masyarakat. Peranan tenaga pengajar di sekolah yang dapat menambah wawasan tentang kelompok-kelompok sosial dalam sekolah.
4.      Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan social
Para ahli menganggap bahwa pendidikan sosial merupakan bidang studi yang memberi dasar bagi kemajuan sosial dan pemecahan masalah-masalah sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan yang mampu memperbaiki masyarakat, alat untuk mencapai kesejahteraan atau kemajuan sosial. Sedangkan sekolah dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
5.      Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
Beberapa ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif. Mereka mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.      Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan
Sosiologi pendidikan merupakan aplikasi sosiologi terhadap masalah-masalah pendidikan, misalnya kurikulum. Sosiologi bukan ilmu murni, akan tetapi merupakan ilmu terapan yang diterapkan untuk mengendalikan pendidikan. Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan yang kemudian dipadukan dalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.
7.      Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan
Menurut F.G. Robbins dan Brown, sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya. Sedangkan menurut E.G. Payne tujuan utama dari sosiologi pendidikan adalah memberikan latihan yang serasi dan efektif kepada guru-guru, para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh perhatian kepada pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.

            `E.  Contoh Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Membahas  mengenai contoh kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh masalah dalam masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap, merupakan beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki ketrampilan yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi, bisa menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif
Masalah putus sekolah bisa menimbulkan ekses dalam masyarakat, karena itu penanganannya menjadi tugas kita semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran sosiologi pendidikan, sehingga para putus sekolah tidak mengganggu kesejahteraan sosial. Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
§  Langkah preventif: membekali para peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan praktis dan bermanfaat sejak dini, agar kelak bila diperlukan dapat merespons tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara positif, sehingga dapat mandiri dan tidak menjadi beban masyarakat, atau menjadi parasit dalam masyarakat. Misalnya ketrampilan-ketrampilan kerajinan, jasa, perbengkelan, elektronika, PKK, fotografi, batik, dan lain sebagainya.
§  Langkah pembinaan: memnerikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti perkembangan/perbaruan zaman melaui bimbingan dan latihan-latihan dalam lembaga-lembaga sosial/pendidikan luar sekolah seperti LKMD, PKK, klompencapir, karang taruna, dan lain sebagainya.
§  Langakah tindak lanjut: memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melaui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan, bonus, keteladanan, kepahlawanan, dan sebagainya, sampai berbagai kemudahan untuk melanjutkan studi dengan program Belajar Jarak Jauh (BJJ), seperti unoversitas terbuka, sekolah terbuka, dan sebagainya.[8]

ü  Bidang Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok antara lain:  
1.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, yang meliputi:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural, atau usaha mempertahankan status quo
d.     Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat/status sosial
e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya
2.      Hubungan antar manusia di dalam sekolah, dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu                      menganalisis struktur sosial di dalam sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem sekolah berbeda dengan apa yang terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Bidang yang dapat dipelajari antara lain:
a.    Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah
b.    Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola interaksi informal.
3.      Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, jadi yang diutamakan adalah aspek proses pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh sekolah terhadap murid. Seperti peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru, pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.
4.      Sekolah dalam masyarakat, yaitu menganalisis pola interaksi sekolah dengan kelompok sosial dalam masyarakat di sekitarnya, meliputi:
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
b.Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem-sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah
c. Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
d.     Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.
  1. Pendekatan dalam Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Dalam kajian Sosiologi Pendidikan kita akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach) yaitu:
  1. Pendekatan Indvidu (The Individu Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi, psikologi, dan kemampun psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya, perbuatnnya, sikapnya dan sebagainya atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi individu, begitulah seterusnya. Maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok (masyarakat), dilihat dari tingkah laku masyarakat seluruhnya sampai pada tingkah laku Negara ( misalnya kepribadian Negara).
Individu sebagai titik tolak ditentukan atau di pengaruhi oleh dua macam faktor intern dan extern. Faktor intern meliputi faktor-faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor extern mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Maka didalam approach individu menitik beratkan kepada faktor-faktor biologis dan psikologis yang mendeterminir tingkah laku seseorang. Kedua faktor itulah yang primer sedangkan faktor lingkungan sekitar fisik dan sosial merupakan faktor sekunder.[10]
2.      Pedekatan Sosial (The Sosial Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor lingkungan sebagai lingkungan tinggal induvidu dalam perkembangannya. Titik pangkal dari Approach Sosial ialah masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok-kelompok dengan berbagai aktivitas. Secara konkrit Approach Sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat istiadat, moralitas, norma-norma sosialnya dan sebagainya.  
Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami tingkah laku masyarakatnya.  Misalnya, pada waktu lahir dengan pertolongan bidan, atau dukun bayi, upacara-upacara yang dilakukan untuk si bayi, apabila anak sudah mulai bicara diajar tatakrama keluarga dan masyarakat. Misalnya bagimana cara makan dan minum, bagaimana cara berpakain dan sebagainya. Semua menjalankan bahwa generasi muda harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang dikehendaki oleh masyrakat atau dengan perkataan lain di kondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Jadi kalau masyarakat mengizinkan perkawinan poligami maka individu-individunya juga berpoligami.
Lebih luas lagi karena Indonesia mengembangkan falsafah hidup Pancasila, maka seluruh warga negara harus mengembangkan paham Pancasila. Kalau pemerintah menganut demokrasi pancasila maka seluruh warga negara harus mengerti dan mengamalkan demokrai pancasila. Jika ada warga yang tidak mau mengamalkan pancasila, negara akan menindak mereka, oleh karena mereka diangggap menyeleweng dari pola tingkah laku yang harus dikembangkan oleh masyarakat.
Approach Sosial tentulah mempunyai kelemahan, sebab betapapun homogennya suatu masyarakat, betapa kuatnya tata cara di situ masih juga kita dapati individualitas jadi anggota masyarakat, artinya ciri-ciri tingkah laku manusia perseorangan masih dapat dilihat juga. Mengapa demikian karena tiap-tiap individu mempunyai watak dan kepribadiannya masing-masing, individualitas manusia tetap masih ada tidak jarang juga kesegeraman tingkah laku pada masyarakat-masyarakat yang kuat tata caranya dianggap sebagai paksaan terhadap individu-individunya, mereka merasa kurang bebas, mereka ingin keluar dari belenggu adat istiadat masyarakat.
Jadi pendekatan sosial ini titik beratnya terletak pada masyarakat dan pengaruh geografis jadi tingkah laku manusia itu ditentukan oleh faktor fisik dan kultural. Jadi dengan demikian, maka bertitik pangkal kepada berbagai individu yang berinteraksi, dan dengan interksi sosial itu akan menunjukkan segi sosialnya makluk manusia, sudah barang tentu dalam hal ini manusia selalu mengadakan penyesuain diri dengan lingkungannya.
3.      Pendekatan Interksi (The Intraction approach)
Yaitu pendekatan dengan memperhatikan pola hubungan antara individu dalam lingkungannya. Di dalam pendekatan interaksional kita memperhatikan faktor-faktor individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Yang mana interaksi yang terjadi mempunyai kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi dalam rangka saling menyempurnakan.
 Approach Individu memberi dasar adanya individualitas watak dan kepribadian individu-individu perseorangan sedangkan approach sosial terutama dengan studi sosiologinya memberi landasan arah dan perkembanagan watak dan kepribadian individu-individu dalam kontak dengan individu individu lainya, kontak antara masyarakat satu dengan yang lain, kontak antara negara satu dengan negara yang lain. Studi Sosiologi menegaskan setiap individu itu dilahirkan dan dibesarkan oleh masyarakat serta individu-individu itu dalam hidupnya di masyarakat selalu mengidentifikasikan dirinya dengan pola tingkah laku dan kebudayaan masyarakat.
Dan situasi Interaksi adalah situasi hubungan sosial. Maka dapat dikatakan bahwa manusia itu memasyarakatkan diri, atau dengan perkataan lain manusia membudayakan diri, dan permasyarakatan pembudayaan ini tidak akan habis-habisnya sampai akhir zaman.
            Macam-macam Interaksi Sosial:
1.      Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam Interaksi Sosial yaitu:
a. Interaksi antara orang perorangan
b.Interaksi antar orang dengan kelompoknya dan sebaiknya
c. Interaksi antar kelompok
2.      Dilihat dari segi caranya, ada 2 macam interksi sosial:
a. Interksi langsung (Dirrect Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi, hubungan seks/kelamin dan sebagainya.
b.Interksi simbolik (Symbolik Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan bahasa (lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.
3.      Menurut bentuknya, Selo Sumardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
1.      Kerjasama (coopertion)
2.      Persaingan (competition)
3.      Pertikaian (conflict)
4.      Akomodasi (accomodation) yaitu bentuk penyelesaian dari pertikaian
Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat kooperatif, dengan cirinya yang khas yaitu “Gotong Royong”.












BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
ü  Sosiologi Pendidikan Islamadalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
ü  Saat ini fakta menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif, dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat
ü  Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
ü  Membahas  mengenai contoh kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh masalah dalam masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
B.     SARAN
Kritik dan saran yang sifatnya menbangun dari teman-teman dan dosen pembibing sangat kami harapkan agar penyusunan makalah selanjutnya lebih baik dan sempurnah lagi.
DAFTAR PUSTAKA

   Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2000.
   Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 45.
   S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 2-4
   Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, 71.
   Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Rieneka Cipta, 1991, 26.
   Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendiddikan, 32-33.



Makassar 11,November 20012
Firmansyah (putra tolonggeru)

Memahami konsep dasar ilmu sosiologi pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Pendidikan islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, sebaliknya sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam agar kelak ilmu yang dimiliki dan kemudian diamalkan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran keagamaan meskipun tidak secara mayoritasmasyarakat Indonesia adalah islam akan terapi sebuah nilai.
Pendidikan islam  bisa dianggap berhasil ketika peserta didik mempunyai kemampuan dan potensi untuk dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Di sinilah letak hubungan fungsionalitas dan korelasi antar pendidikan islam dengan sosiologi, karena sosiologi membahas tentang interaksi sosial di masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angaka, melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi social sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting untuk kita sebagai makhluk sosial. Diri kita sendirilah yang menjadi objek kajian sosiologi karena kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita juga sebagai manusia yang berbudaya yang memiliki norma, nilai dan tradisi.


      B.     Rumusan Masalah
    1. Apa pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam?
    2. Apa sebab munculnya sosiologi pendidikan islam?
    3. Apa tujuan sosiologi pendidikan islam?
    4. Seperti apa contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam?
  1. C.    Tujuan
    1. Mengetahui pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam
    2. Mengetahui sebab munculnya sosiologi pendidikan islam
    3. Mengetahui tujuan sosiologi pendidikan islam
    4. Mengetahui contoh bidang kajian sosiologi pendidikan islam












BAB II
PEMBAHASAN
            A.    pengertian ruang lingkup dan manfaat sosiologi pendidikan islam
Sosiologi Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yaitu Sosiologi yang diartikan sebagai “Ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnya perubahan-perubahan sosial”,  Pendidikan yang diartikan sebagai “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ”, dan Islam, yaitu “bersifat keislaman”
Menurut Prof. DR. S. Nasution, M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Sedangkan menurut F.G. Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.  
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan Islamadalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
·         Ruang lingkup sosiologi pendidikan islam ada tujuh:
ü  Kehidupan beragama, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma islam
ü  Kehidupan keluarga, agar perkembangan menjadi keluarga sejahtera
ü  Kehidupan sosial, agar dapat berkembang menjadi sistem bebas dari penghisapan manusia lain
ü  Kehidupan politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan islam
ü  Budaya, agar menjadi manusia penuh keindahan dan kegairahan dengan nilai norma
ü  Ekonomi, terbina masyarakat yang adil dna makmur dengna ridha Allah SWT
ü  Pengetahuan, bertujuan agar berkembang menjadi alat untuk menapai kesejahteraan umat manusia yang dikendalikan oleh iman

·         manfaat sosiologi pendidikan islam
a.       Sosiologi pendidikan Islam sebagai proses sosialisasi
Dalam hal ini sosiologi pendidikan Islam mengutamakan proses
bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan
individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan
pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperoleh pengalamannya.
b.      Sosilogi pendidikan Islam sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam
masyarakat.
Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan
Islam diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat
yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat
menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka
manusia tidak sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam
tidak bisa terwujud.
c.       Sosiologi pendidikan Islam sebagai anilisis social di sekolah dan antara
sekolah dan masyarakat.
d.      Diharapka terjadinya hubungan antara orang-orang dalam sekolah
dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah
dengan masyarakat sekitar sekolah.
e.       Sosiologi pendidikan Islam sebagai alat kemajuan perkembagan social
f.       Pendidikan Islamn sebagai disiplin ilmu dapat melestarikan dan
memajuakan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud
komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan
kepuncak yang setinggi-tingginya
g.      Sosiologi pendidikan Islam sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan
Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi
muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat
memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sesuai al-Quran.
h.      Sosiologi pendidikan Islam sebagai sosiologi terapan Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan tetapi
sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara
sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
i.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai latihan bagi petugas pendidikan agar
para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam.
            B.     latar belakang Munculnya Sosiologi Pendidikan Islam
Saat ini fakta menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif, dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami dunia pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sosiologi diharapkan mampu menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.  
Pendidikan formal di sekolah tidak akan pernah lepas dari campur tangan guru. Guru merupakan seorang administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, yang diharuskan memiliki kelakuan dan tabiat yang sesuai dengan harapan masyarakat. Sebagai pendidik dan pembangun generasi, seorang guru diharapkan memiliki tingkah laku yang bermoral tinggi yang dapat ditiru dan dijadikan tauladan bagi para siswa demi masa depan bangsa dan Negara.
Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas maupun sekolah, yang akibatnya siswa dapat bebas dalam mengeluarkan pendapat dan mengembangkan kreatifitasnya, atau bahkan sebaliknya, terkekang dan selalu menuruti kemauan guru tanpa bisa berkembang.
Anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal), guru-guru/sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal). Dari ketiga aspek tersebut, pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan. Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem sosialnya).
Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi , Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda ,walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama ,sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban ,mayarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perrhatian .”awal mulanya  ,orang-orang yang meninjau masyarakat ,hanya terarik masalah-masalah yang menarik perhatian umum ,seperti kejahatan ,perang , kekuasaan golongan yang berkuasa ,keagamaan dan lain sebagainy.,dari pemikiran serta penilaian   yang  demikian itu ,orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan ,dimana orang menguraikan harapan –harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diinginkan atau yang ideal.dengan dengan timbullah perumusan nilai-nilai dan kaidah –kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam suatu masyarakat “nilai-inilai dan kaidah –kaidah mana dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai semua manusia selama hidup didunia .

Semua itu merupakan idaman-idaman manusia dikala itu yang ada umumnya bersifat utopis .artinya ,orang harus mengakui bahwa nilai –nilai dan kaidah –kaidah masyarakat yang di idam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada didalam masyarakat pada suatu waktu tertentu .perbedaan yang tidak jarang menimbulkan prtentangan anatara harapan dan kenyataan ,dan memaksa para ahli pikir untuk mencari sebab –sebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan-keyataan didalam masyarakat ,sehingga timbul berbagai macam teori  tentang  masyarakat .lambat laun teori –teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara sistematis dan netral ,terlepas dari harapan –harapan pribadi para sarjana yang mempelajari dan juga dari penilaian baik buruk mengenai gejala– gejala atau unsure yang dijumpai didalam tubuh masyarakat itu ,sehingga timbullah ilmu pengetahuan mengenai masyarakat.

Munculnya sosiologi sebagai sebuah ilmu, selain merupakan hasil dari proses empiricall-historis, juga merupakan hasil dari proses perkembangan pemikiran filosofis. ”Fenomena empiris yang melatarbelakangi situasi sosial-politik di Eropa Barat pada abad ke-15 sampai dengan abad ke-18 sangat mempengaruhi berkembangnya pemikiran-pemikiran sosiologis pada saat itu, dan menjadi landasan berpikir bagi pengembangan konsep serta teori pada masa-masa selanjutnya. Seiring dengan kondisi historis yang berubah, perkembangan pemikiran sosiologi didorong pula oleh munculnya pandangan-pandangan filosofis tentang positivisme, yaitu mencari penjelasan semua gejala alam dan sosial dengan mengacu pada deskripsi dan hukum ilmiah.

Penjelasan yang bersifat historis dan filosofis, selanjutnya akan mengantarkan pada pemahaman tentang subject-matter atau pokok bahasan sosiologi yang membedakan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, dan dengan demikian akan memberikan jawaban tentang hakekat dari sosiologi. Kompleksitas permasalahan yang mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran sosiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi keragaman cara pandang, sehingga sosiologi lalu dinyatakan sebagai ilmu dengan paradigma majemuk (’a multiple paradigm science’).


            C.    Tujuan Sosiologi Pendidikan Islam
            Tujuan sosiologi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak.
2.      Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
3.      Menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Sebagai contoh, perguruan tinggi didirikan di tingkat propinsi atau kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedia dosen yang bonafid.
4.      Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat. Sehingga sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan masyarakat. Mereka harus mampu menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5.      Membantu menentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa (Indonesia; Pancasila). Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitannya dengan GBHN yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam sidang umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.      Menurut E.G. Payne, sosiologi pendidikan bertujuan memberikan latihan-latihan yang efektif kepada guru-guru dalam bidang sosiologi.
7.      Memahami hubungan antar manusia di sekolah serta struktur masyarakat.Dalam referensi lain disebutkan, bahwa tujuan sosiologi pendidikan terdiri dari beberapa konsep berikut:  
1.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi Yaitu mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial mempengaruhi kelakuan seorang individu. Francis Brown mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya”.
2.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
L. A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan berbagai aspek masyarakat, seperti menyelidiki hubungan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah atau menengah. Juga meneliti fungsi sekolah sehubungan dengan struktur status sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.
3.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat
Menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah. Juga menyelidiki hubungan dan partisipasi guru dalam kegiatan masyarakat. Peranan tenaga pengajar di sekolah yang dapat menambah wawasan tentang kelompok-kelompok sosial dalam sekolah.
4.      Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan social
Para ahli menganggap bahwa pendidikan sosial merupakan bidang studi yang memberi dasar bagi kemajuan sosial dan pemecahan masalah-masalah sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan yang mampu memperbaiki masyarakat, alat untuk mencapai kesejahteraan atau kemajuan sosial. Sedangkan sekolah dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
5.      Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
Beberapa ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif. Mereka mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.      Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan
Sosiologi pendidikan merupakan aplikasi sosiologi terhadap masalah-masalah pendidikan, misalnya kurikulum. Sosiologi bukan ilmu murni, akan tetapi merupakan ilmu terapan yang diterapkan untuk mengendalikan pendidikan. Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan yang kemudian dipadukan dalam suatu ilmu baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.
7.      Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan
Menurut F.G. Robbins dan Brown, sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya. Sedangkan menurut E.G. Payne tujuan utama dari sosiologi pendidikan adalah memberikan latihan yang serasi dan efektif kepada guru-guru, para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh perhatian kepada pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.

            `E.  Contoh Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Membahas  mengenai contoh kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh masalah dalam masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap, merupakan beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki ketrampilan yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi, bisa menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif
Masalah putus sekolah bisa menimbulkan ekses dalam masyarakat, karena itu penanganannya menjadi tugas kita semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran sosiologi pendidikan, sehingga para putus sekolah tidak mengganggu kesejahteraan sosial. Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
§  Langkah preventif: membekali para peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan praktis dan bermanfaat sejak dini, agar kelak bila diperlukan dapat merespons tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara positif, sehingga dapat mandiri dan tidak menjadi beban masyarakat, atau menjadi parasit dalam masyarakat. Misalnya ketrampilan-ketrampilan kerajinan, jasa, perbengkelan, elektronika, PKK, fotografi, batik, dan lain sebagainya.
§  Langkah pembinaan: memnerikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti perkembangan/perbaruan zaman melaui bimbingan dan latihan-latihan dalam lembaga-lembaga sosial/pendidikan luar sekolah seperti LKMD, PKK, klompencapir, karang taruna, dan lain sebagainya.
§  Langakah tindak lanjut: memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melaui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan, bonus, keteladanan, kepahlawanan, dan sebagainya, sampai berbagai kemudahan untuk melanjutkan studi dengan program Belajar Jarak Jauh (BJJ), seperti unoversitas terbuka, sekolah terbuka, dan sebagainya.[8]

ü  Bidang Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok antara lain:  
1.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, yang meliputi:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural, atau usaha mempertahankan status quo
d.     Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat/status sosial
e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya
2.      Hubungan antar manusia di dalam sekolah, dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu                      menganalisis struktur sosial di dalam sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem sekolah berbeda dengan apa yang terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Bidang yang dapat dipelajari antara lain:
a.    Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah
b.    Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola interaksi informal.
3.      Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, jadi yang diutamakan adalah aspek proses pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh sekolah terhadap murid. Seperti peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru, pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.
4.      Sekolah dalam masyarakat, yaitu menganalisis pola interaksi sekolah dengan kelompok sosial dalam masyarakat di sekitarnya, meliputi:
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
b.Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem-sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah
c. Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
d.     Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.
  1. Pendekatan dalam Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Dalam kajian Sosiologi Pendidikan kita akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach) yaitu:
  1. Pendekatan Indvidu (The Individu Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi, psikologi, dan kemampun psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya, perbuatnnya, sikapnya dan sebagainya atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi individu, begitulah seterusnya. Maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok (masyarakat), dilihat dari tingkah laku masyarakat seluruhnya sampai pada tingkah laku Negara ( misalnya kepribadian Negara).
Individu sebagai titik tolak ditentukan atau di pengaruhi oleh dua macam faktor intern dan extern. Faktor intern meliputi faktor-faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor extern mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Maka didalam approach individu menitik beratkan kepada faktor-faktor biologis dan psikologis yang mendeterminir tingkah laku seseorang. Kedua faktor itulah yang primer sedangkan faktor lingkungan sekitar fisik dan sosial merupakan faktor sekunder.[10]
2.      Pedekatan Sosial (The Sosial Approach)
Yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor lingkungan sebagai lingkungan tinggal induvidu dalam perkembangannya. Titik pangkal dari Approach Sosial ialah masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok-kelompok dengan berbagai aktivitas. Secara konkrit Approach Sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat istiadat, moralitas, norma-norma sosialnya dan sebagainya.  
Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami tingkah laku masyarakatnya.  Misalnya, pada waktu lahir dengan pertolongan bidan, atau dukun bayi, upacara-upacara yang dilakukan untuk si bayi, apabila anak sudah mulai bicara diajar tatakrama keluarga dan masyarakat. Misalnya bagimana cara makan dan minum, bagaimana cara berpakain dan sebagainya. Semua menjalankan bahwa generasi muda harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang dikehendaki oleh masyrakat atau dengan perkataan lain di kondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Jadi kalau masyarakat mengizinkan perkawinan poligami maka individu-individunya juga berpoligami.
Lebih luas lagi karena Indonesia mengembangkan falsafah hidup Pancasila, maka seluruh warga negara harus mengembangkan paham Pancasila. Kalau pemerintah menganut demokrasi pancasila maka seluruh warga negara harus mengerti dan mengamalkan demokrai pancasila. Jika ada warga yang tidak mau mengamalkan pancasila, negara akan menindak mereka, oleh karena mereka diangggap menyeleweng dari pola tingkah laku yang harus dikembangkan oleh masyarakat.
Approach Sosial tentulah mempunyai kelemahan, sebab betapapun homogennya suatu masyarakat, betapa kuatnya tata cara di situ masih juga kita dapati individualitas jadi anggota masyarakat, artinya ciri-ciri tingkah laku manusia perseorangan masih dapat dilihat juga. Mengapa demikian karena tiap-tiap individu mempunyai watak dan kepribadiannya masing-masing, individualitas manusia tetap masih ada tidak jarang juga kesegeraman tingkah laku pada masyarakat-masyarakat yang kuat tata caranya dianggap sebagai paksaan terhadap individu-individunya, mereka merasa kurang bebas, mereka ingin keluar dari belenggu adat istiadat masyarakat.
Jadi pendekatan sosial ini titik beratnya terletak pada masyarakat dan pengaruh geografis jadi tingkah laku manusia itu ditentukan oleh faktor fisik dan kultural. Jadi dengan demikian, maka bertitik pangkal kepada berbagai individu yang berinteraksi, dan dengan interksi sosial itu akan menunjukkan segi sosialnya makluk manusia, sudah barang tentu dalam hal ini manusia selalu mengadakan penyesuain diri dengan lingkungannya.
3.      Pendekatan Interksi (The Intraction approach)
Yaitu pendekatan dengan memperhatikan pola hubungan antara individu dalam lingkungannya. Di dalam pendekatan interaksional kita memperhatikan faktor-faktor individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Yang mana interaksi yang terjadi mempunyai kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi dalam rangka saling menyempurnakan.
 Approach Individu memberi dasar adanya individualitas watak dan kepribadian individu-individu perseorangan sedangkan approach sosial terutama dengan studi sosiologinya memberi landasan arah dan perkembanagan watak dan kepribadian individu-individu dalam kontak dengan individu individu lainya, kontak antara masyarakat satu dengan yang lain, kontak antara negara satu dengan negara yang lain. Studi Sosiologi menegaskan setiap individu itu dilahirkan dan dibesarkan oleh masyarakat serta individu-individu itu dalam hidupnya di masyarakat selalu mengidentifikasikan dirinya dengan pola tingkah laku dan kebudayaan masyarakat.
Dan situasi Interaksi adalah situasi hubungan sosial. Maka dapat dikatakan bahwa manusia itu memasyarakatkan diri, atau dengan perkataan lain manusia membudayakan diri, dan permasyarakatan pembudayaan ini tidak akan habis-habisnya sampai akhir zaman.
            Macam-macam Interaksi Sosial:
1.      Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam Interaksi Sosial yaitu:
a. Interaksi antara orang perorangan
b.Interaksi antar orang dengan kelompoknya dan sebaiknya
c. Interaksi antar kelompok
2.      Dilihat dari segi caranya, ada 2 macam interksi sosial:
a. Interksi langsung (Dirrect Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi, hubungan seks/kelamin dan sebagainya.
b.Interksi simbolik (Symbolik Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan bahasa (lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.
3.      Menurut bentuknya, Selo Sumardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
1.      Kerjasama (coopertion)
2.      Persaingan (competition)
3.      Pertikaian (conflict)
4.      Akomodasi (accomodation) yaitu bentuk penyelesaian dari pertikaian
Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat kooperatif, dengan cirinya yang khas yaitu “Gotong Royong”.












BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
ü  Sosiologi Pendidikan Islamadalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
ü  Saat ini fakta menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif, dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat
ü  Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah atau gelar yang semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga kesejahteraan sosialpun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.
ü  Membahas  mengenai contoh kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang membicarakan masyarakat. Berikut ini kami akan memberikan contoh masalah dalam masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
B.     SARAN
Kritik dan saran yang sifatnya menbangun dari teman-teman dan dosen pembibing sangat kami harapkan agar penyusunan makalah selanjutnya lebih baik dan sempurnah lagi.
DAFTAR PUSTAKA

   Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2000.
   Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 45.
   S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 2-4
   Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, 71.
   Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Rieneka Cipta, 1991, 26.
   Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendiddikan, 32-33.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar